Al Walaa Wal Baraa’ adalah salah satu bagian dari Usul ud Dien. Usul ul
Dien terbagi menjadi tiga bagian:
1.
Tauhid
2.
Al Walaa’ Wal Baraa’
3.
Al Jihad dan Al Hijrah
Al Walaa Wal Baraa’ terbagi menjadi dua bagian:
Walaa’ dan Baraa’ adalah salah satu bagian dalam usul ud dien, kita
membenci kuffar sebagai sebuah masalah dalam dien hanya karena Allah (Swt)
semata. Kita tidak membenci Yahudi karena pandangan mereka; Allah (swt) adalah
yang menciptakan pandangan mereka, kebencian kita terhadap mereka semata-mata
hanya karena Allah (swt).
Al Walaa wal Baraa’ terbagi menjadi dua:
1.
Al Hubb
Mencintai karena Allah, Al
Muwalaat. Al Muwalaat secara bahasa berarti ‘mencintai dalam hati.’ Abdullah
ibnu Abbas berkata:
“Al Muwalaat adalah mencintai
dalam hati dan mendukung penuh dengan anggota tubuh dan lidah untuk dien Islam
semata.”
Aturan ini diluar untuk kuffar,
Walaa’ adalah selalu untuk Allah (dan dien Allah) saja, dan semua Baraa’ adalah
untuk kufur dan syirik.
Allah berfirman dalam kitabNya:
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan
orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah
(untuk menyiksamu)?” (QS An Nisa 4: 144)
Dengan demikian kita hanya bisa
mempunyai Al Muwalaat dengan orang-orang yang beriman saja. Tetapi apa itu Al
Muwalaat? Itu adalah:
- Mencintai
- Mendekati
- Berteman
- Bersahabat
- Membantu
- Menghormati
- Memuliakan
- Beraliansi
- Mendukung
Semua karena Allah (swt) dan
orang yang telah ditunjuk untuk ber Muwalaat dengan mereka, tidak untuk kuffar.
1.
Al Bughud (Membenci)
Membenci hanya karena Allah
(swt), atau Al Mu’adaat, ini adalah kebalikan dari Al Muwalaat, itu adalah:
- Membenci
- Menjaga jarak
- Memusuhi
- Meninggalkan
- Menolak untuk memberi pertolongan
- Merendahkan
- Tidak beraliansi
- Tidak mendukung
Allah (swt) memerintahkan kita
untuk mempunyai Baraa’ kepada kuffar dari kufur dan syirik. Allah (swt)
memerintahkan kepada kita untuk mempunyai walaa dengan para Nabi dan kepada
orang-orang yang beriman. Namun tidak
perlu bingung dengan Al Birr. Al Birr adalah keadaan tertentu dengan
orang-orang kuffar dimana kita melakukan perjanjian dengan mereka.
Allah (swt) berfirman:
“Allah tidak melarang kamu untuk
berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu
karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS Al Mumtahanah 60: 8)
Al Walaa wal Baraa’ telah banyak
dideklarasikan pada ayat-ayat Al Qur’an dengan jelas, lebih banyak setelah
Tauhid, ini bukan sesuatu dimana kita bisa berargumentasi atau bahkan
membantahnya.
Telah diketahui dalam
membicarakan masalah Al Walaa wal Baraa’ dan Tauhid ini paling banyak diantara
para Shahabat dan Imam empat Mahzab, setelah mereka – Syeikh ul Islam ibnu
Taimiyah dan Syeikh Muhammad ibnu Abdul Wahhab.
Pada topik dari Walaa wal
Baraa’, Syeikh Abdur Rahman bin Hasan berkata:
“Tiga hal peniadaan dien adalah
Muwalaat dengan Musyrikin, bersekutu dengan mereka, menyandarkan diri kepada
mereka dan mendukung mereka dengan tangannya dan kekayaannya. Sebagaimana Allah
(swt) berfirman: “…janganlah sekali-kali kamu menjadi penolong bagi orang-orang
kafir.” (QS Al Qashash 28: 86)
Beliau kemudian pergi untuk
mencari ayat yang lain dimana Allah (swt) juga berfirman:
“Musa berkata: "Ya Tuhanku,
demi nikmat yang telah Engkau anugerah- kan kepadaku, aku sekali-kali tiada
akan menjadi penolong bagi orang- orang yang berdosa.” (QS Al Qashash 28: 17)
lebih lanjut Allah berfirman
dalam surah Al Mumtahanah ayat 9:
“Sesungguhnya Allah hanya
melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena
agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk
mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim.”
Disini Allah menggunakan kata Az
Zhalimun dan itu telah diketahui bahwa pada saat Allah (swt) menggunakan kata
Az Zalimun dengan ‘Az’, sebagaimana menentang hanya untuk Zalimun, Dia (Swt)
mengartikan ‘Al kafir’.
Allah (swt) berfirman dalam
Qur’an:
“Sesungguhnya orang-orang yang
kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka,
syaitan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan
angan-angan mereka.
Yang demikian itu karena
sesungguhnya mereka (orang-orang munafik) itu berkata kepada orang-orang yang
benci kepada apa yang diturunkan Allah (orang-orang Yahudi): "Kami akan
mematuhi kamu dalam beberapa urusan", sedang Allah mengetahui rahasia
mereka.” (QS Muhammad 47: 25-26)
Disini Allah (swt) telah
mendeklarsikan orang-orang yang menaati hukum kufur bahkan hanya dalam
bagian-bagiannya saja, meninggalkan tanpa keringanan untuk mereka, bahkan tanpa
paksaan, tetapi kita harus berteriak untuk melawan kejahatan, bahkan untuk diam
saja tidak dibolehkan. Ini telah didemonstrasikan pada masa Muhammad (saw)…
Khalid bin Walid telah memerangi
Musailamah Kazab, yang mengaku sebagai nabi palsu. Khalid bin Walid telah
memerangi kota dimana Musailamah berasal. Dia menangkap para pemimpin-pemimpin
kabilah disana. Dia telah bertanya kepada para pemimpin-pemimpin itu tentang
temannya (Musailamah), Khalid berkata: “Dia adalah Rasul Allah disamping Rasul
yang lain.” Itu cukup bagi Khalid untuk memerintahkan “bunuh mereka semua.”
Namun pada saat semua pemimpin
kabilah disana telah terbunuh, dia berkata: “mulai dari Muja’a” ini karena
Maja’a adalah seorang Muslim dan seorang figure besar dalam kabilah. Maja’a
berbicara kepada Khalid dengan berkata, “Wahai Khalid aku adalah seorang Muslim;
saya tidak pernah berimana pada Musailamah, dia adalah orang dari kabilahku,
itu adalah jalan tengah; Aku akan memenjarakan dia sampai Allah (swt)
menunjukkan kepadaku sebuah jalan.” Maja’a berfirkir bahwa telah
memenjarakannya dengan harapan menggali informasi tentang Musailamah, kemudian
dia berkata lagi: “Wahai Khalid, kamu telah mengetahui bahwa aku adalah
orang-orang yang telah memberikan bai’at kepada Muhammad (saw). Apakah aku telah melakukan kesalahan? Itu
terjadi hanya karena dia berasalah dari kabilahku. Dan Allaj (swt) berfirman:
“Dan tidaklah seorang membuat
dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang
berdosa tidak akan memikul dosa orang lain…” (QS Al Al An’aam 6: 164)
Khalid berkata:
“Kesalahanmu adalah bahwa kamu
tidaka pernah menolak kejahatan. Kamu adalah orang yang mengetahui hal itu
dengan baik tetapi diam saja. Apakah kamu teleh berbicara untuk memeranginya
seperti orang-orang yang telah melakukannya? Berbicara (begini dan begini),
berbicara (begini dan begini). Jika kamu tidak bermaksud untuk melakukan yang
demikian, apakah kamu telah mengrimkan sebuah surat kepada aku? Apakah kamu
meminta bantuanku? Mengapa kamu tidak hijrah?
Khalid tidak memberikan dia
keringan, dan faktanya Majaa’a berkelakuan seperti seorang yang murtad,
terancam kematian jika dia tidak bertobat, namun Majaa’a mundur, tetapi masih
dihkum Ta’zir.
Al Muwalaat adalah dilarang
kepada Kuffar
“Hal itu dilarang untuk
ber-Muwalaat dengan kuffar, apakah dia kafir asli atau murtad.”
Allah (Swt) telah menetapkan itu
dengan jelas bahwa tidak diperbolehkan bagi seorang Muslim untuk mempunyai Al
Muwalaat kepada kuffar:
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan
orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah
(untuk menyiksamu)? (QS An Nisa 4: 144)
“Janganlah orang-orang mukmin
mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang
mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan
Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari
mereka…” (QS Ali Imran 28)
Allah adalah wali bagi
orang-orang yang beriman, dan orang-orang beriman harus mempunyai walaa kepada
Allah, kuffar sangat tidak pantas untuk mendapatkan walaa dari orang yang
beriman.
Jika seorang Muslim mempunyai
walaa kepada kuffar, maka dia berdosa, namun jika mereka bersekutu dengan
mereka maka mereka Murtad. Tetapi
jika dia bersekutu dengan mereka dan memerang kaum Muslim, dia menjadi murtad
harbi.
Kita membenci kuffar semata-mata
hanya kepada Allah, dan kita juga membenci Munafiqun hanya karena Allah, jika
seseorang tidak melakukan demikian maka dia meninggalkan ikatan Islam.
Al Muwalaat kepada Muslim adalah
kewajiban
Allah (SWt) berfirman:
“Dan orang-orang yang beriman,
lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi
sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari
yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan
Rasul-Nya. Mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Allah menjanjikan kepada
orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya
mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat
yang bagus di surga 'Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah
keberuntungan yang besar.” (QS At Taubah 9: 71-72)
Al Muwalaat adalah kewajiban
bagi orang-orang yang beriman, Allah (swt) telah menggambarkan kita sebagai
sebuah saudara, membedakan kita dari orang-orang kafir.
Allah (swt) berfirman:
“Orang-orang beriman itu
sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara
kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”
(QS al Hujarat 49: 10)
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi
pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang
lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka
sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
Maka kamu akan melihat
orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera
mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan
mendapat bencana." Mudah-mudahan
Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan
dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang
mereka rahasiakan dalam diri mereka.
Dan orang-orang yang beriman
akan mengatakan: "Inikah orang-orang yang bersumpah sungguh-sungguh dengan
nama Allah, bahwasanya mereka benar-benar beserta kamu?" Rusak binasalah
segala amal mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang merugi.
Hai orang-orang yang beriman,
barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan
mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya,
yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras
terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut
kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya
kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi
Maha Mengetahui.
Sesungguhnya penolong kamu
hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat
dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).
Dan barangsiapa mengambil Allah,
Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya
pengikut (agama) Allah itulah yang pasti
menang.
Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi
buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi
kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan
bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.” (QS
Al Ma’idah 5: 51-57)
Lebih lanjut Abu Huraira
meriwayatkan bahwa Rasulullah (saw) bersada:
“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lainnya.”
Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kelompok ini perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu
BalasHapus