Oleh Ustad Fathudin Ja'far MA
إن الحمد لله وحده, نحمده و نستعينه و
نستغفره ونتوب اليه ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا من يهده الله فهو
المهتد ومن يضلله فلن تجد له وليا مرشدا, أشهد أن لا اله الا الله وحده لا شريك له
وأشهد أن محمدا عبده ورسوله بلغ الرسالة وأدى الأمانة ونصح للأمة وتركنا على
المحجة البيضاء ليلها كنهارها لا يزيغ عنها الا هلك, اللهم صل وسلم على نبينا محمد
وعلى آله وصحبه ومن دعا بدعوته الى يوم الدين. أما بعد, فيا عباد الله اوصيكم
ونفسي الخاطئة المذنبة بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون. وقال الله تعالى في محكم
التنزيل بعد أعوذ بالله من الشيطان الرجيم :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (ال عمران : (102)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (ال عمران : (102)
Kaum muslimin rahimakumullah…
Pertama-tama, marilah kita tingkatkan
kualitas taqwa kita pada Allah dengan berupaya maksimal melaksanakan apa saja
perintah-Nya yang termaktub dalam Al-Qur’an dan juga Sunnah Rasul saw. Pada
waktu yang sama kita dituntut pula untuk meninggalkan apa saja larangan Allah
yang termaktub dalam Al-Qur’an dan juga Sunnah Rasul Saw. Hanya dengan cara
itulah ketakqawaan kita mengalami peningkatan dan perbaikan….
Selanjutnya, shalawat dan salam mari
kita bacakan untuk nabi Muhammad Saw sebagaimana perintah Allah dalam Al-Qur’an
:
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya
bershalawat atas Nabi (Muhammad Saw). Wahai orang-orang beriman, ucapkan
shalawat dan salam atas Nabi (Muhammad) Saw. (
Al-Ahzab : 56)
Kaum Muslimin rahimakumullah….
Rutinitas kehidupan terkadang
menyebabkan kita lupa pada kematian. Padahal, kematian itu adalah sebuah
peristiwa besar yang pasti kita alami dan rasakan. Kematian adalah sunnatullah
(sistem Allah) bagi setiap makhluk yang diberi-Nya kesempatan hidup di dunia
ini, termasuk manusia, sebagaimana firman-Nya :
لُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ
النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا
مَتَاعُ الْغُرُورِ
Setiap yang bernyawa pasti merasakan
kematian. Dan sesungguhnya pada hari kiamatlah akan disempurnakan balasan
(amal) kalian. Maka, siapa yang (hari itu) dijauhkan dari neraka dan dimasukkan
ke dalam syurga, maka sungguh ia telah sukses besar. Dan tidak adalah kehidupan
dunia ini kecuali (sedikit) kenikmatan yang menipu. (QS. Ali Imran : 185)
Jika kematian itu adalah sautu
kebenaran yang pasti kita rasakan, maka mengapa kita seakan acuh-tak acuh saja
padanya? Mengapa kita seakan melupakannya? Mengapa kesibukan menjalani
kehidupan sementara di dunia ini menyebabkan kita seakan tidak maksimal dalam
menghadapi kematian?
esibukan kita dalam menjalani
kehidupan sementara ini, benar-benar telah memalingkan hati dan pikiran kita
dari kematian; satu peristiwa besar yang pasti menimpa diri kita semua. Hal
tersebut terbukti bahwa konsentrasi kita mengumpulkan harta, menambah jumlah
tabungan bank, mencari berbagai sumber uang untuk merancang dan membangun rumah
di dunia dan berbagai kebutuhan hidup lainnya melebihi konsentrasi kita
merancang kematian itu sendiri. Padahal kematian adalah suatu kepastian. Hampir
setiap hari kita melihat kematian. Sedangkan kematian adalah penentu
keberhasilan atau kegagalan dalam perjalanan panjang kita menuju Allah Tuhan
Pencipta alam.
Oleh sebab itu, mari kita fokuskan
hidup kita untuk merancang kematian, dengan cara mendesain hidup ini semuanya
hanya untuk Allah dan dijalankan sesuai aturan Allah dan Rasul-Nya.
Berbahagialah orang-orang yang diberi Allah kemudahan untuk mendesain semua
aktivitas hidupnya hanya untuk Allah dan dapat dijalankan sesuai aturan Allah
dan Rasul Muhammad Saw. Sebaliknya, celakalah orang-orang yang memilih jalan
hidupnya selain jalan Allah, semua aktivitas hidupnya bukan untuk Allah dan
dijalankan di luar ketentuan Allah dan Rasul-Nya.
Kaum Muslimin rahimakumullah….
Sebelum kematian tiba, kita akan
melewati suatu fase yang bernama sakratulmaut. Sakratulmaut adalah pintu
gerbang kita menuju kematian. Sakratulmaut adalah peristiwa yang amat
menakutkan, karena saat sakrtaulmaut tiba, tak seorangpun dapat membantu dan menolong
kita, kendati saat kritis itu, istri, sanak saudara dan handai tolan sedang
mengelilingi kita. Kita akan bergulat sendirian dengan sakratul maut itu di
tengah keramain orang-orang yang kita cintai dan sayangi. Semua mereka hanya
dapat menatap kita dengan pandangan mata yang hampa. Saat itulah kita akan
merasakan langsung apakah kita termasuk orang yang telah merancang kematian
atau bukan. Apakah kita termasuk orang yang siap menghadapi kematian atau
bukan.
Sakratulmaut adalah bahasa Al-Qur’an
yang terdiri dari dua kata “sakrotan”; pecahan dari kata : سكر – يسكر – سكرا
(sakiro – yaskaru – sakran) yang berarti “mabuk atau teler”. Kata “maut”;
pecahan dari kata : مات – يموت – موتا (maata – yamuutu – mautan) yang berarti
“mati”. Maka Sakratulmaut berarti “kondisi mabuk menghadapi saat kematian’.
Sakratulmaut juga dapat diakatakan
sebagai warming up (pemanasan) kematian. Karena kematian itu sulit, berat dan
amat sakit maka diperlukan pemanasan. Di samping itu, sebagaimana kehidupan
pertama manusia memerlukan proses dan tahapan, maka kematian juga memerlukan
proses dan tahapan agar bisa memasuki alam lain bernama Barzakh; sebuah alam
yang jauh lebih besar dan sangat berbeda situasi, kondisi dan lingkungannya
dengan bumi saat kita hidup di dunia.
Sakratulmaut adalah sesuatu yang
ditakuti manusia. Faktanya, berbagai riset dan upaya telah dilakukan manusia
untuk menghindarinya seperti, menciptakan obat-obatan untuk memperpanjang umur.
Hal tersebut digambarkan Allah dalam firman-Nya :
وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ
بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ
Saat datanglah Sakaratulmaut dengan
sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya. (Q.S. Qaf: 19 )
Pertanyaan berikutnya ialah, apakah
manusia mampu menghindari Sakratulmaut? Jawabannya tentu ‘mustahil’. Karena
Sakratulmaut adalah voucher manusia untuk masuk ke Alam Barzakh, tempat
penginapan mereka yang ketiga yang sudah disiapkan oleh Pencipta, Raja dan
Pemilik alam semesta ini, yakni Allah Rabbul ‘Alamin, setelah kehidupan dalam
rahim ibu mereka dan kehidupan di atas bumi. Mereka tidak akan dapat mengelak
dan lari dari keharusan melewati sakratulmaut, sebagaimana mereka tidak bisa
mengelak dan menghindar dari ketentuan dan kehendak-Nya ketika mereka
diciptakan sebelumnya dari tidak ada menjadi ada.
Sebab itu, sebelum Sakratulmaut
datang menghampiri kita, Allah sebagai Pemilik dan Pengendali jagad raya
mengajak kita memikirkan dan menyaksikan kehendak, keputusan dan sistem-Nya
tentang Sakratulmaut yang telah menjadi kenyataan sehari-hari yang kita
saksikan seperti yang tercantum dalam surat Al-Waqi’ah berikut ini:
فَلَوْلا إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ
(83) وَأَنْتُمْ حِينَئِذٍ تَنْظُرُونَ (84) وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ
وَلَكِنْ لا تُبْصِرُونَ (85) فَلَوْلا إِنْ كُنْتُمْ غَيْرَ مَدِينِينَ (86)
تَرْجِعُونَهَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (87)
“Maka mengapa ketika nyawa sampai di
kerongkongan, (83) padahal kamu ketika itu menyaksikan (orang yang sedang
sekarat itu) (84) dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu
tidak melihatnya (85) maka kalaulah kamu tidak tunduk (pada Kehendak Allah)
(86) (pastilah) kamu (mampu) mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya semula)
jika kamu adalah orang-orang yang benar?” (Q.S. Al-Waqi’ah: 83 – 87)
Tentang kondisi Sakraulmaut
tersebut, Sayyid Qutb menjelaskannya dengan begitu indah dan menarik dalam
tafsirnya “Fii Zhilal Al-Qur’an”, sebagai berikut :
Apa gerangan yang akan Anda lakukan
ketika nyawa telah berada di tenggorokan? Anda sedang berada di persimpangan
jalan yang majhul (tidak diketahui). Kemudian, penggambaran Al-Qur’an yang
inspiratif yang melukiskan semua dimensi sikap dalam sentuhan-sentuahan yang
cepat, mengungkapkan semua kondisi yang sedang dihadapi, latar belakangnya dan
semua yang akan menginspirasikannya… Maka mengapa ketika nyawa sampai di
kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat (orang yang sedang sekarat itu)
dan Kami (dengan malaikat-malaikat) lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi
kamu tidak melihatnya…
Kita seakan mendengar suara
tenggorokan orang yang sedang sekarat dan melihat tatapan wajahnya, merasakan
bencana dan kesulitan (yang dihadapinya) lewat firman Allah, “Maka mengapa
ketika nyawa sampai di kerongkongan”. Sebagimana kita juga bisa melihat tatapan
wajah yang tak berdaya, putus asa yang dalam raut muka orang-orang yang hadir
(di sekitar orang sedang sekarat itu) lewat firman-Nya “ padahal kamu ketika
itu melihat (orang yang sedang sekarat itu)”.
Di sini, pada momen ini, sungguh ruh
(nyawa) itu telah selesai dengan urusan dunia. Ia telah meninggalkan bumi dan
seisinya. Ia akan menyambut dunia yang belum pernah ditempatinya…Ia tidak akan
mampu lagi menguasai sesuatu selain dari apa yang pernah ia tabung sebelumnya…
berupa kebaikan atau kejahatan yang dilakukannya…
Di sini, ia melihat, tapi ia tidak
mampu membicarakan apa yang dilihatnya… Ia telah terpisah dari orang-orang yang
ada di sekitarnya dan apa saja yang ada di sekelilingya…Hanya fisiknya yang
bisa disaksikan oleh yang hadir di sekitarnya…Mereka hanya melihat begitu saja
sedangkan mereka tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi dan tidak punya
kuasa terhadapnya barang sedikitpun….
Di sini, kemampuan manusia terhenti… Ilmu pengetahuan manusia juga tidak berguna sebagaimana peran manusia juga tidak ada…Di sini, mereka mengerti, tapi tidak bisa membantahnya. Mereka lemah,…. lemah…..terbatas….terbatas…. Di sini layar diturunkan tanpa mereka lihat, tanpa sepengetahuan mereka dan tanpa kemampuan bergerak/berbuat.
Di sini, kemampuan manusia terhenti… Ilmu pengetahuan manusia juga tidak berguna sebagaimana peran manusia juga tidak ada…Di sini, mereka mengerti, tapi tidak bisa membantahnya. Mereka lemah,…. lemah…..terbatas….terbatas…. Di sini layar diturunkan tanpa mereka lihat, tanpa sepengetahuan mereka dan tanpa kemampuan bergerak/berbuat.
Di sini, yang berperan hanya Qudrat
Ilahiyah (Kekuasaan Allah)… Ilmu Ilahi…(Ilmu Allah)….Semua urusan murni milik
Allah tanpa sedikitpun keraguan, tanpa bantahan dan tanpa ada kiat-kiat apapun.
“dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu”. Di sini, terjadi kebesaran
sikap yang membesarkan Kebesaran Allah… Kewibawaan dan kehadiran-Nya –Subhanahu
Wata’ala – sedangkan Dia hadir setiap waktu. Ungkapan itu membangunkan perasaan
akan suatu hakikat (kenyataan) yang dilupakan manusia.. Maka tiba-tiba, majlis
yang menghadiri kematian merasakan seramnya (suasana) karena didominasi oleh
ketakutan, kehadiran dan kebesaran-Nya…Yang mendominasi ialah ketidakberdayaan,
ketakutan, keterputusan dan perpisahan…
Dalam kondisi liputan perasaan yang
gemetaran, berdebar, putus asa, dan duka lara, datanglah tantangan (Keputusan
Allah) yang memotong semua perkataan dan mengakhiri semua perdebatan : “. Maka
jika kamu tidak tunduk (pada Kehendak Allah), (pastilah) kamu (mampu)
mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang
benar?” Jika sekiranya masalahnya seperti yang kamu katakan : “sesungguhnya
tidak ada perhitungan dan tidak ada balasan”, berarti kamu orang-orang yang
bebas tanpa ada pembalasan dan perhitungan? Jika demikian, kamu mampu
mengembalikan nyawa – yang sudah sampai di tenggorokan itu – agar kamu
hindarkan ia dari kondisnya yang sedang menuju perhitungan dan balasan
itu…Padahal kamu berada di sekitarnya dan sedang menyaksikannya, sedangkan ia
berlalu menuju dunia yang besar, dan kamu diam saja dan tidak berdaya…
Di sini, gugurlah semua alasan,
habislah semua argumentasi, punahlah semua kiat dan habislah bantahan…Dan
tekanan hakikat (kenyataan) ini membebani diri manusia. Sebab itu, mereka tidak
akan mampu bertahan,(dengan kondisi pembangkangannnya kepada Tuhan Pencipta)
kecuali jika mereka tetap menyombongkan diri tanpa bukti dan argumentasi”
Kaum Muslimin rahimakumullah….
Terkait dengan sakratulmaut, manusia
terbagi kepada tiga golongan. Pertama, golongan “Muqarrabin”, yakni orang yang
dekat dengan Tuhan Pencipta ketika berada di dunia. Kedua, “Ash-habul Yamin”
(Golongan Kanan) yang merupakan bagian dari ‘Muqorrobin”. Ketiga, golongan
“al-mukadzi-dzibin adh-dhallain”, yakni orang-orang yang menentang dan
menantang kebenaran Tuhan Pencipta dan sistem hidup yang datang dari-Nya dan
tersesat dari jalan yang benar. Tentang ketiga golongan ini dijelaskan Allah
dalam firman-Nya :
فَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ
الْمُقَرَّبِينَ (88) فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّةُ نَعِيمٍ (89) وَأَمَّا إِنْ
كَانَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ (90) فَسَلَامٌ لَكَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ
(91) وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِينَ الضَّالِّينَ (92) فَنُزُلٌ مِنْ
حَمِيمٍ (93) وَتَصْلِيَةُ جَحِيمٍ (94) إِنَّ هَذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَقِينِ (95)
فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ (96)
“Adapun jika dia (orang yang mati)
termasuk orang yang didekatkan (kepada Allah), (88) maka dia memperoleh
ketenteraman dan rezeki serta Syurga kenikmatan.(89) Dan adapun jika dia
termasuk golongan kanan, (90) maka keselamatan bagimu karena kamu dari golongan
kanan.(91) Dan adapun jika dia termasuk golongan orang yang menolak (kebenaran
Tuhan Pencipta dan apa saja yang datang dari-Nya) lagi sesat, (92) maka dia
mendapat hidangan air yang mendidih, (93) dan dibakar di dalam Neraka.(94)
Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar.(95) Maka
bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Besar (96)” (Q.S. Al-Waqi’ah: 88 – 96)
Ibnu Katsir, seorang ahli tafsir
terkemuka menjelaskan ayat-ayat tersebut di atas dengan penjelasan yang sangat
indah dan menarik. Alangkah baiknya kita simak penjelasan Beliau berikut ini :
“ Inilah tiga suasana yang dialami oleh manusia ketika sakratulmaut. Adakalanya
ia termasuk kaum ‘muqorrobin’ atau termasuk golongan yang ada di bawah mereka,
“Ash-habul Yamin” , yaitu yang termasuk golongan kanan, dan ada yang teremasuk
orang-orang yang mendustakan kebenaran, yang sesat dari petunjuk dan tidak tahu
menahu tentang perintah Allah (al-mukadzi-dzibin adh-dhallain).
Itulah sebabnya Allah SWT berfirman,
“Adapun jika dia termasuk orang yang didekatkan kepada Allah.” Mereka adalah
orang-orang yang setia mengerjakan hal-hal yang diwajibkan dan di sunnahkan.
Dan, meninggalkan hal-hal yang diharamkan dan dimakruhkan serta sebagian dari
yang diperbolehkan. ”Maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta Syurga
kenikmatan”. Dan, para Malaikat akan menyampaikan berita gembira itu ketika
sakratulmaut tiba, sebagaimana yang diterangkan di dalam hadits Al-Barra’, Para
Malaikat rahmat akan mengatakan, ‘hai ruh yang baik dalam jasad yang baik, kamu
telah memakmurkannya, keluarlah menuju ketenteraman, rezeki, dan Tuhan yang
tidak murka’.
Ruh dan Raihan dalam ayat ini
berarti rahmat, rezeki, kegembiraan, dan kesenangan. “Dan Syurga kenikmatan”.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari
Imam Syafii’ dari Imam Malik dari Zuhri dari Abdurrahman bin Ka’ab bin Malik
dari Ka’ab bahwa Rasul saw, bersabda, “ Ruh seorang Mu’min itu berupa
(bagaikan) burung yang bergelantungan pada pohon Syurga sebelum Allah
mengembalikan ruh itu ke jasadnya ketika membangkitkannya kembali.” (pada hari
kiamat nanti).
Abul Aliah mengatakan, “Tidak akan
dipisahkan nyawa seorang muqarrabin sebelum dihadirkan kepadanya satu dahan
dari kenikmatan Syurga, lalu ruhnya itu disimpan di sana.” Di dalam sebuah
hadits shaheh dikemukakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Ruh-ruh para Syuhada
(orang-orang yang mati sedang berjihad menegakkan agama Allah) itu dalam
tembolok burung hijau yang berterbangan di taman-taman Syurga kemana saja
mereka kehendaki, kemudian bermalam pada pelita-pelita yang bergelantungan pada
Arasy.”
Allah SWT berfirman, “Dan adapun
jika dia termasuk golongan kanan.”. Yaitu, jika orang yang sedang mengalami
sakratulmaut itu termauk golongan kanan, “maka keselamatan bagimu, karena kamu
termasuk golongan kanan.” Yaitu, para Malaikat akan menyampaikan kabar gembira
itu kepada mereka. Hal ini sebagaimana firman-Nya, “Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka, ’Janganlah
kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu
dengan Syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.’ Kamilah
pelindung-pelindungmu di dalam kehidupan dunia dan di Akhirat; di dalamnya kamu
memperoleh apa yang kamu inginkan dan di dalamnya kamu memperoleh pula apa yang
kamu minta. Sebagai hidangan dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Fush-shilat
: 30 – 32)
Imam Bukhari mengatakan, “Maka salam
sejahtera bagimu,” yaitu disampaikan salam kepadamu bahwa kamu termasuk
golongan kanan.
Allah SWT berfirman, “ Dan adapun
jika dia termasuk golongan orang yang mendustakan lagi sesat, maka dia akan
mendapatkan hidangan air yang mendidih, dan dibakar di dalam Neraka.” Yaitu,
bila orang yang tengah mengalami sakratulmaut itu termasuk golongan yang
mendustakan kebenaran dan sesat dari jalan petunjuk, “maka dia mendapatkan
hidangan dari air yang mendidih,” Yaitu cairan yang akan melelehkan isi perut
dan kulit-kulit mereka. ” Dan dibakar di dalam Neraka,” yaitu dia akan
ditempatkan di dalam api Neraka yang akan menyelimutinya dari semua arah.
Kemudian Allah berfirman,
“Sesungguhnya ini adalah suatu keyakinan yang benar,” yang tidak diragukan
lagi. Tidak ada seorang pun yang dapat menghindarinya. Dan dia adalah berita
yang menjadi saksi. “Maka bertasbihlah dengan nama Tuhanmu yang Maha Besar.”
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa U’qbah bin Amir Al-Juhani berkata, “Maka
bertasbihlan dengan nama Tuhanmu yang Maha Besar, (subhana Robiyal ‘Azhim)‘
Rasulullah mengatakan, ‘Jadikanlah ayat ini bacaan ruku’ kamu.’ Dan ketika
turun wahyu kepada beliau, ‘Maka sucikanlah Tuhanmu yang Maha Tinggi,’(subhana
Robbiyal A’la). Rasulullah mengatakan, jadikanlah ayat ini sebagai bacaan sujud
kamu.”
Kaum Muslimin rahimakumullah….
Setelah kita melewati “Sakratulmaut”
berarti kita sedang berada pada batas terakhir dari perjalanan kita di dunia
dan di batas awal memasuki dunia baru yang bernama Barzakh. Untuk memasuki
dunia baru tersebut terlebih dulu kita harus membuka pintu masuknya. Pintu
masuknya itu bernama “Kematian”. Ya, Kematian… Itulah fase yang harus kita
lewati setelah melewati fase Sakratulmaut. Dengan kematian itu kita berhak
mendapatkan tempat di alam Barzakh.
Kematian adalah sesuatu yang
ditakuti banyak orang. Kendati pada kenyataanya, tidak ada seorangpun yang
dapat menghindari atau lari dari kematian itu. Siapapun dia, Presidenkah,
Rajakah dia, Konglomerat kah dia, Jendral berbintang lima kah dia, di mana dan
kapanpun mereka berada. Mereka pasti mati. Selama mereka memiliki nyawa, pasti
akan mengalami kematian. Hal ini telah menjadi ketentuan dan kehendak Tuhan
Pencipta sebagaimana di jelaskan-Nya dalam surat Ali Imran ayat 185 dan Surat
An-Nisa’ ayat 78 berikut ini :
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ
الْمَوْتِ…..(185)
“Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati…” (Q.S. Ali Imran: 185)
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ
الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ (78)
Di mana saja kamu berada, kematian
akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi
kokoh…. (Q.S. An-Nisa’ : 78)
Kematian sudah ditentukan bagi
setiap yang bernyawa. Kematian tidak perlu dicari, karena ia yang mencari
setiap yang bernyawa. Kematian tidak bisa diwakilkan, dipindahkan atau take
over oleh yang tidak berhak, karena petugas kematian, yakni Malakul Maut yang
diberikan tugas khusus mengurusinya belum pernah menerima sogokan dan tidak
akan pernah. Karena semua Malaikat melakukan semua apa yang diperintahkan Allah
kepada mereka, tanpa sedikitpun disimpangkan apalagi dimanipulasi, seperti yang
Allah jelaskan :
قُلْ يَتَوَفَّاكُمْ مَلَكُ الْمَوْتِ
الَّذِي وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ (11)
“Katakanlah: “Malaikat maut yang
diserahi untuk (mencabut nyawa) mu akan mematikan kamu; kemudian hanya kepada
Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.” (Q.S.As-Sajdah
(32) :11)
Demikian juga, bahwa kematian akan
datang pada saatnya atau ketika ajal (batas)nya habis. Kematian tidak bisa
diundurkan kendati barang sedetik. Tidak sedikit orang yang mencoba untuk
mengundurkan kematian, tapi usahanya gagal dan sia sia belaka. Karena kematian
adalah pintu masuk tempat tinggal sementara ketiga kita, yakni alam Barzakh.
Maka, kitapun harus memasukinya, karena jatah menginap di penginapan di dunia sudah
habis serta tempat kita di dunia sudah dibooking Malaikat untuk penghuni lain
selain kita. Allah telah mengingatkan kita tentang hal ini dan apa yang harus
kita lakukan sebelum kematian (maut) itu menjemput kita, seperti tercantum
dalam firman-Nya berikut ini :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا
تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ
ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (9) وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ
مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلا
أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ (10)
وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ (11)
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah.
Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.(9)
Dan belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari apa yang telah Kami berikan
kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia
berkata: “Ya Tuhan Penciptaku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku
sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk
orang-orang yang shaleh?” (10) Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan
(kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan (11)” (Q.S.
Al-Munafiqun : 9 – 11)
Nah, sebelum kita dijemput Kematian
(Maut) yang waktunya Allah rahasiakan… Ia bisa datang saat ini, satu detik
setelah ini, satu menit setelah ini, satu jam setelah ini, satu hari setelah
ini, satu pekan setelah ini, satu bulan setelah ini, atau satu tahun setelah
ini dan seterusnya….Sebelum Kematian menjemput kita, cobalah gunakan kecerdasan
Spiritual, Emotinal dan Intellectual yang Allah berikan kepada kita untuk
menangkap rahasia di balik Kematian itu. Lalu, tanya diri kita dengan jujur
seputar pertanyaan-pertanyaan berikut :
- Siapa yang menghadirkan saya ke dunia ini?
- Apakah saya sudah mengenal Tuhan Pencipta saya dengan baik?
- Apakah saya sudah mengenal Kitab Petunjuk Hidup (al-Qur’an) yang diturunkan-Nya untuk saya?
- Apakah saya sudah mengenal seorang manusia bernama Muhammad Bin Abdullah yang diutus-Nya untuk menjelaskan isi Kitab Petunjuk Hidup tersebut?
- Apakah saya akan hidup di dunia ini selama-lamanya?
- Tidak cukupkah kematian manusia yang saya lihat setiap hari di atas muka bumi ini dengan berbagai sebab, seperti gempa bumi, tsunami, angin topan, banjir bandang, perang, sakit jantung, darah tinggi dan bahkan ada yang tidak sakit sama sekali, menjadi pelajaran berharga bagi diri saya dan saya juga pasti akan mengalaminya, masalahnya hanya tinggal waktu?
- Bagaimana pandangan saya terhadap kehidupan dunia ini?
- Bekal apa yang sudah saya siapkan untuk menghadapi kehidupan setelah kematian?
- Apakah saya sudah mengevaluasi hidup saya sejak masa baligh (dewasa) sampai saat ini?
- Sudahkah saya memiliki 10 Katrakter Mulia yang menjadi syarat kesuksesan hidup saya di dunia dan di akhirat nanti, yakni aqidah bersih, ibadah benar, akhlak kokoh, wawasan luas, memiliki skil kehidupan, fisik sehat dan kuat, mampu mengendalikan syahwat, urusan teratur, manajemen waktu baik dan memiliki tanggung jawab sosial.
Kaum Muslimin rahimakumullah….
Demikianlah khutbah ini, semoga Allah menolong kita dalam merancang kematian yang akan kita hadapi. Semoga Allah membuka peluang bagi kita untuk meraih kematian dengan predikat al-muqarrabin atau minimal ashabul yamin dan melindungi kita dari termasuk golongan al-mukadz-dzibin adh-dhallin….
Demikianlah khutbah ini, semoga Allah menolong kita dalam merancang kematian yang akan kita hadapi. Semoga Allah membuka peluang bagi kita untuk meraih kematian dengan predikat al-muqarrabin atau minimal ashabul yamin dan melindungi kita dari termasuk golongan al-mukadz-dzibin adh-dhallin….
Dan semoga Allah berkenan membimbing
kita ke jalan-Nya yang lurus, yaitu jalan para nabi, shiddiqin, syuhadak dan
sholihin. Allahumma amin… (Mh)
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم
ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات و الذكر الحكيم أقول قولي هذا وأستغفر الله لي
ولكم إنه تعالى جواد كريم ملك رؤوف رحيم إنه هو السميع العليم …..