Mengenal Islam
Dari segi bahasa, Islam berasal dari
kata aslama yang berakar dari kata salama. Kata Islam merupakan
bentuk mashdar (infinitif) dari kata aslama ini.
Ditinjau dari segi
bahasanya yang dikaitkan dengan asal katanya, Islam memiliki beberapa pengertian,
diantaranya adalah:
1. Berasal dari ‘salm’ (السَّلْم) yang berarti damai.
Dalam al-Qur’an Allah SWT berfirman (QS. Al
Anfal : 61)
وَإِنْ جَنَحُوا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ
لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian,
maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Kata ‘salm’ dalam ayat di atas memiliki arti damai
atau perdamaian. Dan ini merupakan salah satu makna dan ciri dari Islam, yaitu
bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia pada
perdamaian. Dalam sebuah ayat Allah SWT berfirman : (QS. Al
Hujurat : 9)
وَإِنْ طَائِفَتَانِ
مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ
إِحْدَاهُمَا عَلَى الأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى
أَمْرِ اللَّهِ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
“Dan jika ada dua golongan dari
orang-orang mu'min berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu
dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka
perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali
kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah),
maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”
Sebagai salah satu bukti bahwa Islam merupakan agama yang
sangat menjunjung tinggi perdamaian adalah bahwa Islam baru memperbolehkan kaum
muslimin berperang jika mereka diperangi oleh para musuh-musuhnya. Dalam
Al-Qur’an Allah berfirman: (QS. 22 : 39)
أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ
بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا وَإِنَّ اللَّهَ عَلَى نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ
“Telah diizinkan (berperang) bagi
orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan
sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu.”
2. Berasal dari kata ‘aslama’ (أَسْلَمَ) yang berarti menyerah.
Hal ini menunjukkan
bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang secara ikhlas menyerahkan
jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT. Penyerahan diri seperti ini ditandai
dengan pelaksanaan terhadap apa yang Allah perintahkan serta menjauhi segala
larangan-Nya. Menunjukkan makna penyerahan ini, Allah berfirman dalam
al-Qur’an: (QS. An Nisa : 125)
وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا
مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ
إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلاً
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya
daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang
diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan
Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.”
Sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah
untuk menyerahkan seluruh jiwa dan raga kita hanya kepada-Nya. Dalam sebuah
ayat Allah berfirman: (QS. 6 : 162)
قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ
وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Katakanlah: "Sesungguhnya
shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam.”
Karena sesungguhnya jika kita renungkan, bahwa seluruh
makhluk Allah baik yang ada di bumi maupun di langit, mereka semua memasrahkan
dirinya kepada Allah SWT, dengan mengikuti sunnatullah-Nya. Allah berfirman:
(QS. Al Imran : 83) :
أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ
وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ
يُرْجَعُونَ
“Maka apakah mereka mencari agama yang
lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di
langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah
mereka dikembalikan.”
Oleh karena itulah, sebagai seorang muslim, hendaknya
kita menyerahkan diri kita kepada aturan Islam dan juga kepada kehendak Allah
SWT. Karena insya Allah dengan demikian akan menjadikan hati kita tentram,
damai dan tenang (baca; mutma’inah).
3. Berasal dari kata istaslama–mustaslimun (اسْتَسْلَمَ - مُسْتَسْلِمُوْنَ): penyerahan
total kepada Allah.
Dalam Al-Qur’an Allah
berfirman (QS. Ash Shaafat : 26)
بَلْ هُمُ الْيَوْمَ مُسْتَسْلِمُونَ
“Bahkan mereka pada hari itu menyerah
diri.”
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman (QS. 2 : 208)
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ
ءَامَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلاَ تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ
الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah
kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut
langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
Masuk Islam secara
keseluruhan berarti menyerahkan diri secara total kepada Allah dalam
melaksanakan segala yang diperintahkan dan dalam menjauhi segala yang
dilarang-Nya.
4. Berasal dari kata ‘saliim’ (سَلِيْمٌ) yang berarti bersih dan suci.
Mengenai makna ini, Allah berfirman dalam Al-Qur’an (QS. Asy
Syuaraa : 89):
إِلاَّ مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang
bersih.”
Dalam ayat lain Allah mengatakan (QS. Ash
Shaafat : 84)
إِذْ جَاءَ رَبَّهُ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“(Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang
suci.”
Hal ini menunjukkan
bahwa Islam merupakan agama yang suci dan bersih, yang mampu menjadikan para
pemeluknya untuk memiliki kebersihan dan kesucian jiwa yang dapat
mengantarkannya pada kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun di akhirat.
Karena pada hakekatnya, ketika Allah SWT mensyariatkan berbagai ajaran Islam,
adalah karena tujuan utamanya untuk mensucikan dan membersihkan jiwa manusia.
Allah berfirman: (QS. 5 : 6)
مَا يُرِيدُ اللَّهُ
لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ
نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Allah sesungguhnya tidak menghendaki
dari (adanya syari’at Islam) itu hendak menyulitkan kamu, tetapi sesungguhnya
Dia berkeinginan untuk membersihkan kamu dan menyempurnakan ni`mat-Nya bagimu,
supaya kamu bersyukur.”
5. Berasal dari ‘salam’ (سَلاَمٌ) yang berarti selamat dan
sejahtera.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an: (QS. Maryam : 47)
قَالَ سَلاَمٌ عَلَيْكَ سَأَسْتَغْفِرُ
لَكَ رَبِّي إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا
Berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan
dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku.
Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.
Maknanya adalah bahwa
Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia pada keselamatan dan
kesejahteraan. Karena Islam memberikan kesejahteraan dan juga keselamatan pada setiap insan.
Adapun dari segi istilah, (ditinjau dari sisi
subyek manusia terhadap dinul Islam), Islam adalah ‘ketundukan seorang hamba
kepada wahyu Ilahi yang diturunkan kepada para nabi dan rasul khususnya
Muhammad SAW guna dijadikan pedoman hidup dan juga sebagai hukum/ aturan Allah
SWT yang dapat membimbing umat manusia ke jalan yang lurus, menuju ke
kebahagiaan dunia dan akhirat.’
Definisi di atas, memuat beberapa
poin penting yang dilandasi dan didasari oleh ayat-ayat Al-Qur’an. Diantara
poin-poinnya adalah:
1. Islam sebagai wahyu ilahi (الوَحْيُ اْلإِلَهِي)
Mengenai hal ini, Allah berfirman QS. An Najm : 3-4 :
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى * إِنْ
هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوحَى
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al
Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu
yang diwahyukan (kepadanya).”
2. Diturunkan kepada nabi dan rasul (khususnya Rasulullah SAW)
Membenarkan hal ini, firman Allah SWT (QS. Al
Imran : 84)
قُلْ آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا
أُنْزِلَ عَلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ
وَيَعْقُوبَ وَالأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَالنَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ
لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ
وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
“Katakanlah: "Kami beriman kepada
Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada
Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya`qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan
kepada Musa, `Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan
seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan
diri."
3. Sebagai pedoman hidup (مِنْهَاجُ
الْحَيَاةِ)
Allah berfirman (QS. Al
Jaatsiyah : 20)
هَذَا بَصَائِرُ لِلنَّاسِ وَهُدًى
وَرَحْمَةٌ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
Al Qur'an ini adalah pedoman bagi
manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.
4. Mencakup hukum-hukum Allah dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW
(أَحْكَامُ اللهِ فِيْ كِتَابِهِ وَسُنَّةُ رَسُوْلِهِ)
Allah berfirman (QS. Al Maidah : 49-50)
وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلاَ تَتَّبِعْ
أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ
إِلَيْكَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُصِيبَهُمْ
بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ * أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ
أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara
di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya
mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah
kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka
ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada
mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan
manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka
kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi
orang-orang yang yakin?”
5. Membimbing manusia ke jalan yang lurus. (الصِّرَاطُ الْمُسْتَقِيْمُ)
Allah berfirman (QS. Al An’am : 153)
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا
فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ
ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini
adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti
jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari
jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.”
6. Menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.(سَلاَمَةُ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ)
Allah berfirman (QS. An Nahl : 97)
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ
أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً
وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh,
baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan
Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.
Karakteristik Islam
Sebagai agama yang
sempurna, Islam memiliki karakteristik (baca; khasa’ish) yang
membedakannya dengan agama-agama yang terdahulu. Diantara karakteristik Islam
adalah:
Pertama : Robbaniyah (الربانية)
Karakter
pertama dinul Islam, adalah bahwa Islam merupakan agama yang bersifat robbaniyah,
yaitu bahwa sumber ajaran Islam, pembuat syari’at dalam hukum (baca; perundang-undangan)
dan manhajnya adalah Allah SWT, yang diwahyukan kepada Rasulullah SAW, baik melalui Al-Qur’an maupun sunnah.
Allah SWT berfirman QS. 32 : 1-3:
الم * تَنْزِيلُ الْكِتَابِ لاَ رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
* أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ بَلْ هُوَ
الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أَتَاهُمْ مِنْ نَذِيرٍ مِنْ
قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ*
Alif Laam Miim. Turunnya Al Qur'an yang
tidak ada keraguan padanya, (adalah) dari Tuhan semesta alam. Tetapi mengapa
mereka (orang kafir) mengatakan: "Dia Muhammad mengada-adakannya".
Sebenarnya Al Qur'an itu adalah kebenaran (yang datang) dari Tuhanmu, agar kamu
memberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka orang yang
memberi peringatan sebelum kamu; mudah-mudahan mereka mendapat petunjuk.
Dengan
karakteristik ini, Islam sangat berbeda dengan agama manapun yang ada di dunia
pada saat ini. Karena semua agama selain Islam, adalah buatan manusia, atau
paling tidak terdapat campur tangan manusia dalam pensyariatannya.
Kedua : Syumuliyah / universal (الشمولية)
Artinya bahwa
karakteristik Islam adalah bahwa Islam merupakan agama yang universal yang
mencakup segala aspek kehidupan manusia. Menyentuh segenap dimensi, seperti
politik, ekonomi, pendidikan, kebudayaan dsb. Mengatur manusia dari semenjak
bangun tidur hingga tidur kembali. Merambah pada pensyariatan dari semenjak
manusia dilahirkan dari perut ibu, hingga ia kembali ke perut bumi, dan
demikian seterusnya. Perhatikan firman Allah QS. 2 : 208.208. Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu
ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
Imam Syahid
Hasan Al-Banna mengemukakan:
“Islam adalah
sistem yang syamil ‘menyeluruh’ mencakup semua aspek kehidupan. Ia adalah
negara dan tanah air, pemerintah dan umat, moral dan kekuatan, kasih sayang dan
keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu pengetahuan dan hukum, materi dan
kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan
pemikiran. Sebagaimana juga ia adalah aqidah yang murni dan ibadah yang benar,
tidak kurang tidak lebih.”
Ketiga : Tawazun/ Seimbang (التوازن)
Karakter ketiga
agama Islam adalah bahwa Islam merupakan agama yang tawazun (seimbang).
Artinya Islam memperhatikan aspek keseimbangan dalam segala hal; antara dunia
dan akhirat, antara fisik manusia dengan akal dan hatinya serta antara
spiritual dengan material, demikian seterusnya. Pada intinya dengan tawazun
ini Islam menginginkan tidak adanya ‘ketertindasan’ satu aspek lantaran ingin
memenuhi atau memuaskan aspek lainnya, sebagaimana yang terdapat dalam agama
lain. Seperti tidak menikah karena menjadi pemuka agamanya, atau meninggalkan
dunia karena ingin mendapatkan akhirat. Konsep Islam adalah bahwa seorang
muslim yang baik adalah seorang muslim yang mempu menunaikan seluruh haknya
secara maksimal dan merata. Hak terhadap Allah, terhadap dirinya sendiri,
terhadap istri dan anaknya, terhadap tetangganya dan demikian seterusnya.
Keempat : Insaniyah (الإنسانية)
Karakter yang
keempat adalah bahwa Islam merupakan agama yang bersifat insaniyah.
Artinnya bahwa Islam memang Allah jadikan pedoman hidup bagi manusia yang
sesuai dengan sifat dan unsur kemanusiaan. Islam bukan agama yang disyariatkan
untuk malaikat atau jin, sehingga manusia tidak kuasa atau tidak mampu untuk
melaksanakannya. Oleh karenanya, Islam sangat menjaga aspek-aspek ‘kefitrahan
manusia’, dengan berbagai kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam diri
manusia itu sendiri. Sehingga dari sini, Islam tidak hanya agama yang seolah
dikhususkan untuk para tokoh agamanya saja (baca ; ulama). Namun dalam Islam
semua pemeluknya dapat melaksanakan Islam secara maksimal dan sempurna. Bahkan
bisa jadi, orang awam akan lebih tinggi derajatnya di hadapan Allah dari pada
seorang ahli agama. Karena dalam Islam yang menjadi standar adalah ketakwaannya
kepada Allah.
Kelima : Al-Adalah / Keadilan (العدالة)
Karekteristik
Islam berikutnya, bahwa Islam merupakan agama keadilan, yang memiliki konsep
keadilan merata bagi seluruh umat manusia, termasuk bagi orang yang non muslim,
bagi hewan, tumbuhan atau makhluk Allah yang lainnya. Keadilan merupakan inti
dari ajaran Islam, apalagi jika itu menyangkut orang lain. Allah berfirman:
(QS. 5 : 8)
اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ
اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Berbuat adillah kalian, karena keadilan
itu dapat lebih mendekatkan kalian pada ketaqwaan. Dan bertakwalah kalian
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kalian
kerjakan.”