Assalamu 'alaykum Wa rahmatullaahi Wa barakatuh.

Assalamu 'alaykum Wa rahmatullaahi Wa barakatuh.

Ahlan Wa sahlan di blog saya yang sangat sederhana ini

Salam Ukhuwah buat saudara-saudaraku yang telah mampir di blog saya , selamat berseluncur menikmati secuil ilmu yang ada disini . dan Semoga bermanfaat bagi setiap yang membaca nya .... Aamiin .....


Salam Ukhuwah



Abu Yumna

Sabtu, 08 Januari 2011

Wasiat Fundamental Yang Terabaikan

Oleh: Abu Muhammad Abdul Mu’thi
Al Maidani
Sesungguhnya termasuk perkara
penting yang harus selalu kita
ingat adalah wasiat-wasiat
Rosululloh shallallahu ‘alaihi
wasallam. Diantaranya yaitu
wasiat perpisahan yang beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam
sampaikan kepada para sahabat
– semoga Allah meridhoi mereka
seluruhnya-. Dikisahkan oleh
‘ Irbadh bin Sariyah radhiyallahu
’anhu sebagai berikut:
صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ ثُمَّ
أَقْبَلَ عَلَيْنَا فَوَعَظَنَا مَوْعِظَةً
بَلِيغَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ
وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ، فَقَالَ
قَائِلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ كَأَنَّ هَذِهِ
مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا؟
فَقَالَ: ))أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ
وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا
حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ
بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ
الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ
تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا
بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ
الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ
وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ ))
Pada suatu hari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam sholat
bersama kami, kemudian beliau
memberi kami sebuah peringatan
yang sangat baik. Oleh
karenanya, mata-mata kami
berlinang dan hati-hati kami
bergetar. Maka seorang berkata:
“wahai Rosulullah! Seolah-olah ini
adalah peringatan orang yang
akan berpisah, maka apakah
yang engkau pesankan kepada
kami ?”. Beliau pun bersabda:
“Aku berwasiat kepada kalian
untuk bertakwa kepada Allah,
mendengar, dan taat (kepada
penguasa kalian) walaupun dia
seorang budak Habsyi.
Sesungguhnya barangsiapa yang
masih hidup dari kalian setelahku
niscaya dia akan melihat
perselisihan yang cukup banyak.
Maka wajib atas kalian untuk
berpegang dengan Sunnahku dan
Sunnah Khulafa` Ar-Rosyidin Al-
Mahdiyyin (para khalifah yang
terbimbing lagi mendapat
petunjuk). Berpegang teguhlah
dengannya dan gigitlah atasnya
dengan gigi-gigi geraham kalian.
Dan berhati-hatilah kalian
terhadap perkara-perkara baru
dalam agama. Karena
sesungguhnya setiap perkara
baru itu adalah bid ’ah dan setiap
bid’ah itu adalah sesat.” (HR. Abu
Dawud, dan dihasankan oleh
Syaikh kami Muqbil bin Hadi Al
Wadi ’i rohimahullah dalam
kitabnya ”Al Jami’us Shohih
mimma laisa fis Shohihain”
1/198-199 Cet. Daarul Atsaar
Yaman)
Hadits ini merupakan wasiat yang
sangat agung, di dalamnya
terkandung beberapa pelajaran
penting yang disampaikan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam untuk kita tunaikan
sepeninggalnya. Dengan
mengamalkannya, kita tidak akan
terombang-ambing dalam
mengarungi ombak dan badai
kehidupan dunia ini, sebelum kita
menyusul beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam ke alam barzakh dan
akherat nanti.
Pada hadits yang mulia ini, beliau
mewasiatkan tiga perkara
kepada kita: yang pertama
untuk setiap pribadi yang muslim,
yang kedua terhadap
pemerintah kaum muslimin, dan
yang ketiga mengenai
pengamalan agama secara benar.
Adapun yang berkenaan dengan
setiap pribadi yang muslim,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda (yang
artinya): “Aku berwasiat kepada
kalian untuk bertakwa kepada
Allah azza wa jalla. ” Wasiat beliau
untuk bertakwa kepada Allah
merupakan wasiat yang sangat
agung. Wasiat ini adalah ajaran
yang menuntun kita untuk
membentengi diri dengan
keimanan yang kuat kepada Allah
Ta’ala. Seorang yang bertakwa
kepada Allah niscaya akan
berhasil membina dirinya. Dengan
bertakwa, berarti dia berhasil
pula meraih keutamaan serta
ganjaran yang cukup besar disisi
Allah Ta ’ala. Kebaikan dunia dan
akhirat terdapat dalam
bertakwa kepada Allah. Sekian
banyak janji Allah dalam Al-Qur’an
hanya dipersiapkan bagi orang-
orang yang bertakwa. Di
antaranya, Allah berfirman:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
* وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ
حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ
جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
“Barangsiapa yang bertakwa
kepada Allah niscaya Dia akan
mengadakan untuknya jalan
keluar. Dan memberinya rezki
dari arah yang tiada disangka-
sangkanya. Dan barangsiapa
yang bertawakkal kepada Allah
niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan) nya. Sesungguhnya
Allah melaksanakan urusan (yang
dikehendaki) Nya. Sesungguhnya
Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap
sesuatu.” (Ath-Thalaq: 2-3)
Inilah beberapa keutamaan
bertakwa kepada Allah yang
akan diraih dalam menapaki
kehidupan dunia ini. Allah akan
membentangkan jalan keluar dari
segala problema hidup yang
membelitnya, Allah akan
melimpahkan rezeki kepadanya
dari arah yang tiada disangka-
sangkanya, dan Allah akan
mencukupkan kebutuhannya bila
takwa disertai dengan
penyandaran diri kepada-Nya.
Demikianlah janji Allah kepada
orang-orang yang bertakwa.
Maka barangsiapa yang ingin
meraih keberuntungan ini,
hendaklah dia bertakwa kepada
Allah. Adapun keutamaan
bertakwa kepada Allah yang
akan digapai dalam kehidupan
kampung akherat yaitu
memuaskan diri dengan mereguk
berbagai kenikmatan surga yang
tiada banding. Allah berfirman
(yang artinya):  
”Dan bersegeralah kalian kepada
ampunan dari Rob kalian dan
kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi, yang
disediakan untuk orang-orang
yang bertakwa ”. (Ali Imron: 133)
”Sesungguhnya orang-orang
yang bertakwa berada dalam
naungan (yang teduh) dan (di
sekitar) mata-mata air. Dan
(mendapat) buah-buahan dari
(macam-macam) yang mereka
inginkan. (Dikatakan kepada
mereka): “Makan dan minumlah
kalian dengan enak karena amal
yang telah kalian kerjakan ”. (Al
Mursalaat: 41-43)
”Sesungguhnya orang-orang
yang bertakwa mendapat
kemenangan. (Yaitu) kebun-
kebun dan buah anggur. Dan
gadis-gadis remaja yang sebaya.
Dan gelas-gelas yang penuh
(berisi minuman). Di dalamnya
mereka tidak mendengar
perkataan yang sia-sia dan tidak
(pula) perkataan dusta. Sebagai
pembalasan dari Robmu dan
pemberian yang cukup banyak ”.
(An Naba`: 31-36)
Dan masih banyak lagi ayat-ayat
senada yang berbicara tentang
pahala dan ganjaran bagi orang-
orang yang bertakwa di
kampung akherat nanti.
Bertakwa kepada Allah artinya
melaksanakan perintah-perintah
Allah dan meninggalkan larangan-
larangan Nya. Bertakwa adalah
kalimat yang singkat tetapi
pengamalannya merupakan
perkara yang cukup berat.
Kebanyakan manusia terombang-
ambing dalam bertakwa kepada
Allah diantara dua kondisi.
Sebagian dari mereka tidak
menunaikannya sesuai dengan
yang dikehendaki dan diridhoi
oleh Allah. Sedangkan sebagian
yang lain berlebihan ketika
mengamalkannya sehingga
melampaui batas dalam
beragama. Namun yang
berbahagia dan beruntung
adalah orang-orang yang
menunaikan dan
mengamalkannya sesuai dengan
keridhoan Allah Ta ’ala dan tidak
melampui batas agama. Allah
berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah
dengan sebenar-benar takwa
kepada-Nya, dan janganlah
sekali-kali kalian meninggal dunia
melainkan sebagai orang-orang
yang beragama islam. ” (Ali ‘Imran:
102)
Wasiat beliau yang kedua yaitu
menyangkut hubungan dengan
pemerintah kaum muslimin,
hubungan dalam bernegara dan
bermasyarakat. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam
mengajarkan (yang artinya):
“ Aku wasiatkan kepada kalian
untuk mendengar dan taat
walaupun yang berkuasa atas
kalian adalah seorang budak
Habasyi. ” Ini adalah sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam untuk menunjukkan
betapa penting mendengar dan
taat kepada pemerintah yang
muslim. Dalam sebuah hadits,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللهُ، وَمَنْ
عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللهَ، وَمَنْ
يُطِعِ اْلأَمِيْرَ فَقَدْ أَطَاعَنِي، وَمَنْ
يَعْصِ اْلأَمِيْرَ فَقَدْ عَصَانِي
“Barangsiapa yang taat
kepadaku berarti dia telah taat
kepada Allah. Barangsiapa yang
bermaksiat kepadaku berarti dia
telah bermaksiat kepada Allah.
Barangsiapa yang taat kepada
penguasanya berarti dia telah
taat kepadaku. Dan barangsiapa
yang durhaka kepada
penguasanya berarti dia telah
durhaka kepadaku. ” (HR. Al-
Bukhari dan Muslim dari sahabat
Abu hurairah radhiyallahu ’anhu)
Maka mendengar dan taat
kepada pemerintah kaum
muslimin merupakan perkara
yang diperintahkan oleh Islam.
Tentu saja mendengar dan taat
yang diperintahkan oleh islam itu
dalam batas norma-norma
kebaikan. Semuanya harus
berpijak kepada ajaran Al Quran
dan As-Sunnah. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوْفِ
“sunguh ketaatan itu hanya
dalam perkara yang baik.” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim dari
sahabat Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu ‘anhu)
Adapun untuk yang selain
kebaikan, kita tidak
diperintahkan untuk mendengar
dan taat kepada pemerintah.
Namun bukan berarti bahwa kita
diperbolehkan melakukan
tindakan-tindakan yang
menjatuhkan kewibawaan
pemerintah tersebut. Oleh
karena itu, Rasulullah shallallahu
‘ alaihi wasallam bersabda:
السُّلْطُانُ ظِلُّ اللهِ فِي اْلأَرْضِ
فََمَنْ أَهَانَهُ أَهَانَهُ اللهُ مَنْ أَكْرَمَهُ
أَكْرَمَ اللهُ
“Penguasa itu adalah naungan
Allah diatas muka bumi, maka
barangsiapa yang memuliakannya
niscaya dia akan dimuliakan oleh
Allah. Dan barangsiapa yang
menghinakannya niscaya dia
akan dihinakan oleh Allah. ” (HR.
Ibnu Abi ’Ashim dan yang
selainnya, dari sahabat Abu
Bakroh radhiyallahu ’anhu,
dihasankan oleh Syaikh Al Albani
rohimahullah)
Selanjutnya beliau shallallahu
‘ alaihi wasallam bersabda yang
artinya: “Walaupun yang
memerintah kalian adalah
seorang budak Habasyi ”. Ini
bukan berarti bahwa kita
disyariatkan untuk mengangkat
penguasa dari seorang budak
habsyi. Sebab kekuasaan itu
pada hakekatnya hendaklah
diserahkan kepada seorang yang
bersuku Quraisy. Sebagaimana
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
اْلأَئِمَّةُ مِنْ قُرَيْشَ
“Para pemimpin (kaum muslimin)
itu adalah dari suku Quraisy”.
(HR. Ahmad, At-Thabrani, Al
Baihaqi, At-Thayalisi, Ibnu Abi
‘ Ashim, dan yang lainnya, dari
beberapa orang sahabat nabi,
diantaranya: Anas bin Malik, Ali
bin Abi Thalib, Abu Barzah Al-
Aslami, dan yang lainnya. Hadist
ini dishahihkan oleh syaikh Al-
Albani di dalam Al-Irwa` no (250) )
Sedangkan dalam hadits yang
lalu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam hanya ingin memberikan
permisalan. Yang beliau lakukan
ini dalam rangka mempertegas
perintahnya untuk mendengar
dan taat kepada pemerintah kita
dalam segala kondisi, baik
sewaktu sulit atau mudah, suka
atau murka, bahkan walaupun
mendzolimi kita, selama tidak
mengandung maksiat kepada
Allah Subhanahu wa Ta ’ala. Oleh
sebab itu, Rasulullah shallallahu
‘ alaihi wasallam telah mengambil
ba’iat dari para sahabatnya –
semoga Allah meridhoi mereka
seluruhnya- agar tetap
mendengar dan taat kepada
penguasa mereka. Sebagaimana
yang dinyatakan oleh sebagian
sahabat:
“Baik dalam keadaan kami suka
maupun tidak suka”. (HR.Al
Bukhari dan Muslim dari sahabat
Ubadah bin As-Shamit
radhiyallahu ’anhu)
Adapun wasiat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam yang
ketiga yaitu mengenai
pengamalan agama secara benar.
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda (yang artinya):
“ Barangsiapa yang masih hidup
dari kalian setelahku niscaya dia
akan melihat perselisihan yang
cukup banyak ”.
Yakni perselisihan dalam masalah
agama. Kemudian beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
“ Wajib atas kalian untuk
berpegang dengan Sunnahku dan
Sunnah Khulafa` Ar-Rosyidin Al-
Mahdiyyin (para khalifah yang
terbimbing lagi mendapat
petunjuk )”.
Yakni berpegang kepada ajaran
agama yang telah diwariskan
oleh Rosulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam kepada para
sahabatnya, secara lebih khusus
para Khulafa` Ar-Rosyidin (Abu
Bakar, Umar, Utsman, dan Ali) –
semoga Allah meridhoi mereka
seluruhnya-. Perintah beliau ini
membimbing kita untuk
memahami agama sesuai dengan
Sunnahnya dan pemahaman para
sahabatnya. Kemudian beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
“ Berpegang teguhlah kalian
dengannya dan gigitlah atasnya
dengan gigi-gigi geraham kalian ”.
Pernyataan ini merupakan
penekanan yang extra dalam
memegang sunnah beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam dengan
sekuat-kuatnya, sampai
diibaratkan seperti menggigitnya
dengan gigi-gigi geraham.
Seorang yang menggigit dengan
gigi-gigi gerahamnya terbukti
lebih kuat daripada yang
menggigit dengan gigi-giginya
yang lain. Bahkan gigitannya
tidak akan mampu dilepaskan
walaupun dengan tarikan yang
menghentak kecuali jika gigi-gigi
geraham itu telah tercabut dari
akarnya.
Maksud dari semua ini yaitu
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
memerintahkan kita agar
memegang teguh sunnahnya
dengan sekuat tenaga dan
kemampuan. Sebab di masa
belakangan sepeninggal beliau
nanti, akan terjadi perkara-
perkara baru dalam agama yang
memancing kita untuk mengikuti
angkara murka hawa nafsu kita.
Oleh karena itu, beliau shallallahu
‘ alaihi wasallam bersabda:
“ Dan berhati-hatilah kalian
terhadap perkara-perkara baru
dalam agama. Karena
sesungguhnya setiap perkara
baru itu adalah bid ’ah dan setiap
bid’ah itu adalah sesat”.
Wallahu a’lam bish shawab ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAJELIS ILMU AL ISLAMI DI FACEBOOK