Kumpulan-Kumpulan ilmu Aqidah,fiqih,Hadits,tajwid,Muammalah,Khutbah Jum'at,Jadwal pengajian Majelis ta'lim & kata-kata Mutiara & Kisah Nasehat
Assalamu 'alaykum Wa rahmatullaahi Wa barakatuh.
Assalamu 'alaykum Wa rahmatullaahi Wa barakatuh.
Ahlan Wa sahlan di blog saya yang sangat sederhana ini
Salam Ukhuwah buat saudara-saudaraku yang telah mampir di blog saya , selamat berseluncur menikmati secuil ilmu yang ada disini . dan Semoga bermanfaat bagi setiap yang membaca nya .... Aamiin .....
Salam Ukhuwah
Abu Yumna
Ahlan Wa sahlan di blog saya yang sangat sederhana ini
Salam Ukhuwah buat saudara-saudaraku yang telah mampir di blog saya , selamat berseluncur menikmati secuil ilmu yang ada disini . dan Semoga bermanfaat bagi setiap yang membaca nya .... Aamiin .....
Salam Ukhuwah
Abu Yumna
Rabu, 29 Februari 2012
Teror Daging Babi
Sudah dari sononya orang Cina gemar santapan daging babi?
Nanti dulu. Dalam naskah kuno Jurnal Kesehatan Cina yang bertajuk Yan Show Tan,disebutkan,”Di saat kematian, perasaan takut akan memasuki hati babi dan napasnya yang terakhir memasuki empedunya. Semua daging adalah berkhasiat melainkan daging babi. Jangan makan dagingnya!” Di zaman Dinasti Tang terdapat
seorang tabib yang amat terkenal bernama Sun See Mao.
Dalam bukunya yang berjudul Sheh Shen Lu (Catatan-catatan Kesehatan), tabib yang mencapai usia 100 tahun itu menulis,”Daging babi merangsangpenyakit-penyakit lama, menyebabkan kemandulan, sakit tulang, dan asma.” Di zaman Dinasti Ming, terdapat seorang tabib yang bernama Lee Shih Ch’en. Beliau amat dihormati dan mengarang 50 jilid buku-buku perobatan atau Materia Medica. Mengenai daging babi, tabib Lee berkata,”Ia (daging babi) bisa mendatangkan bencana.” Secara umum tokoh-tokoh Cina zaman dahulu melarang seseorang memakan daging babi disebabkan pelbagai kemudaratan yang akan menimpa manusia yang memakannya. Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur`an,”Sesungguhnya Allah mengharamkan kepadamu
bangkai, darah, dan daging babi.” (QS. al-Baqarah [2]: 173).
Dengan dalil ini jelaslah kepada kita bahwa daging babi dan produk-produknya diharamkan oleh Allah secara mutlak atas umat Islam. Setiap perkara yang diharamkan Allah pasti mempunyai sebab dan rahasianya. Daniel S. Shapiro, M.D., Pengarah Clinical Microbiology Labaratories, Boston Medical Center, Massachusetts dan juga merupakan Asisten Profesor Perobatan di Pathology and Laboratory Medicine, Boston University School of Medicine, Massachusetts, merumuskan setidaknya terdapat 26 penyakit yang bisa berjangkit karena babi. 26 Penyakit yang Bisa Berjangkit karena Mengkonsumsi Daging Babi
• Anthrax
• Ascaris suum
• Botulism
• Brucella suis
• Cryptosporidiosis
• Entamoeba polecki
• Erysipelothrix shusiopathiae
• Flavobacterium group lib-like
bacteria
• Influenza
• Leptospirosis
• Pasteurella aerogenes
• Pasteurella multocida
• Pigbel
• Rabies
• Salmonella cholerae-suis
• Salmonellosis
• Sarcosporidiosis
• Scabies
• Streptococcus dysgalactiae
(group L)
• Streptococcus milleri
• Streptococcus suis type 2
(group R)
• Swine vesicular disease
• Taenia solium
• Trichinella spiralis
• Yersinia enterocolitica
• Yersinia pseu
Nanti dulu. Dalam naskah kuno Jurnal Kesehatan Cina yang bertajuk Yan Show Tan,disebutkan,”Di saat kematian, perasaan takut akan memasuki hati babi dan napasnya yang terakhir memasuki empedunya. Semua daging adalah berkhasiat melainkan daging babi. Jangan makan dagingnya!” Di zaman Dinasti Tang terdapat
seorang tabib yang amat terkenal bernama Sun See Mao.
Dalam bukunya yang berjudul Sheh Shen Lu (Catatan-catatan Kesehatan), tabib yang mencapai usia 100 tahun itu menulis,”Daging babi merangsangpenyakit-penyakit lama, menyebabkan kemandulan, sakit tulang, dan asma.” Di zaman Dinasti Ming, terdapat seorang tabib yang bernama Lee Shih Ch’en. Beliau amat dihormati dan mengarang 50 jilid buku-buku perobatan atau Materia Medica. Mengenai daging babi, tabib Lee berkata,”Ia (daging babi) bisa mendatangkan bencana.” Secara umum tokoh-tokoh Cina zaman dahulu melarang seseorang memakan daging babi disebabkan pelbagai kemudaratan yang akan menimpa manusia yang memakannya. Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur`an,”Sesungguhnya Allah mengharamkan kepadamu
bangkai, darah, dan daging babi.” (QS. al-Baqarah [2]: 173).
Dengan dalil ini jelaslah kepada kita bahwa daging babi dan produk-produknya diharamkan oleh Allah secara mutlak atas umat Islam. Setiap perkara yang diharamkan Allah pasti mempunyai sebab dan rahasianya. Daniel S. Shapiro, M.D., Pengarah Clinical Microbiology Labaratories, Boston Medical Center, Massachusetts dan juga merupakan Asisten Profesor Perobatan di Pathology and Laboratory Medicine, Boston University School of Medicine, Massachusetts, merumuskan setidaknya terdapat 26 penyakit yang bisa berjangkit karena babi. 26 Penyakit yang Bisa Berjangkit karena Mengkonsumsi Daging Babi
• Anthrax
• Ascaris suum
• Botulism
• Brucella suis
• Cryptosporidiosis
• Entamoeba polecki
• Erysipelothrix shusiopathiae
• Flavobacterium group lib-like
bacteria
• Influenza
• Leptospirosis
• Pasteurella aerogenes
• Pasteurella multocida
• Pigbel
• Rabies
• Salmonella cholerae-suis
• Salmonellosis
• Sarcosporidiosis
• Scabies
• Streptococcus dysgalactiae
(group L)
• Streptococcus milleri
• Streptococcus suis type 2
(group R)
• Swine vesicular disease
• Taenia solium
• Trichinella spiralis
• Yersinia enterocolitica
• Yersinia pseu
wahai muslimah ,tutuplah aurat mu
Renungan buat Muslimah yang belum ingin menutup auratnya dengan Hijab
Beralasan belum siap berjilbab karena yang penting hatinya dulu diperbaiki?
Kami jawab, "Hati juga mesti baik. Lahiriyah pun demikian. Karena iman itu mencakup amalan hati, perkataan dan perbuatan. Hanya pemahaman keliru yang menganggap iman itu cukup dengan amalan hati ditambah perkataan lisan tanpa mesti ditambah amalan lahiriyah. Iman butuh realisasi dalam tindakan dan amalan"
Beralasan belum siap berjilbab karena mengenakannya begitu gerah dan panas?
Kami jawab, "Lebih mending mana, panas di dunia karena melakukan ketaatan ataukah panas di neraka karena durhaka?" Coba direnungkan!
Beralasan lagi karena saat ini belum siap berjilbab?
Kami jawab, "Jika tidak sekarang, lalu kapan lagi? Apa tahun depan? Apa dua tahun lagi? Apa jika sudah keriput dan rambut ubanan? Inilah was-was dari setan supaya kita menunda amalan baik. Mengapa mesti menunda berhijab? Dan kita tidak tahu besok kita masih di dunia ini ataukah sudah di alam barzakh, bahkan kita tidak tahu keadaan kita sejam atau semenit mendatang. So ... jangan menunda-nunda beramal baik. Jangan menunda-nunda untuk berjilbab."
Perkataan Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma berikut seharusnya menjadi renungan:
"Jika engkau berada di waktu sore, maka janganlah menunggu pagi. Jika engkau berada di waktu pagi, janganlah menunggu waktu sore. Manfaatkanlah masa sehatmu sebelum datang sakitmu dan manfaatkanlah hidupmu sebelum datang matimu." (HR. Bukhari no. 6416). Hadits ini menunjukkan dorongan untuk menjadikan kematian seperti berada di hadapan kita sehingga bayangan tersebut menjadikan kita bersiap-siap dengan amalan sholeh.
Allah Ta'ala berfirman,
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59)
Subhanallah..
Masihkah kamu ragu wahai Ukhti fillah untuk menutup kemolekan tubuhmu dengan hijab? masihkah? Ingatlah, sesungguhnya api neraka akan membakar tubuh yang kau sajikan untuk lelaki hidung belang, kau bisa beralasan ini dan itu, Demi Allah, sesungghnya, kita tak akan mampu menebak kapan nyawa ini akan diambil oleh Malaikat Maut! Innalillahi waa inna ialaihi rojiun..
Sahabatmu dalam mengingat Allah,
Beralasan belum siap berjilbab karena yang penting hatinya dulu diperbaiki?
Kami jawab, "Hati juga mesti baik. Lahiriyah pun demikian. Karena iman itu mencakup amalan hati, perkataan dan perbuatan. Hanya pemahaman keliru yang menganggap iman itu cukup dengan amalan hati ditambah perkataan lisan tanpa mesti ditambah amalan lahiriyah. Iman butuh realisasi dalam tindakan dan amalan"
Beralasan belum siap berjilbab karena mengenakannya begitu gerah dan panas?
Kami jawab, "Lebih mending mana, panas di dunia karena melakukan ketaatan ataukah panas di neraka karena durhaka?" Coba direnungkan!
Beralasan lagi karena saat ini belum siap berjilbab?
Kami jawab, "Jika tidak sekarang, lalu kapan lagi? Apa tahun depan? Apa dua tahun lagi? Apa jika sudah keriput dan rambut ubanan? Inilah was-was dari setan supaya kita menunda amalan baik. Mengapa mesti menunda berhijab? Dan kita tidak tahu besok kita masih di dunia ini ataukah sudah di alam barzakh, bahkan kita tidak tahu keadaan kita sejam atau semenit mendatang. So ... jangan menunda-nunda beramal baik. Jangan menunda-nunda untuk berjilbab."
Perkataan Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma berikut seharusnya menjadi renungan:
"Jika engkau berada di waktu sore, maka janganlah menunggu pagi. Jika engkau berada di waktu pagi, janganlah menunggu waktu sore. Manfaatkanlah masa sehatmu sebelum datang sakitmu dan manfaatkanlah hidupmu sebelum datang matimu." (HR. Bukhari no. 6416). Hadits ini menunjukkan dorongan untuk menjadikan kematian seperti berada di hadapan kita sehingga bayangan tersebut menjadikan kita bersiap-siap dengan amalan sholeh.
Allah Ta'ala berfirman,
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59)
Subhanallah..
Masihkah kamu ragu wahai Ukhti fillah untuk menutup kemolekan tubuhmu dengan hijab? masihkah? Ingatlah, sesungguhnya api neraka akan membakar tubuh yang kau sajikan untuk lelaki hidung belang, kau bisa beralasan ini dan itu, Demi Allah, sesungghnya, kita tak akan mampu menebak kapan nyawa ini akan diambil oleh Malaikat Maut! Innalillahi waa inna ialaihi rojiun..
Sahabatmu dalam mengingat Allah,
Selasa, 28 Februari 2012
SAAT KENYATAAN DI LUAR KEINGINAN
Seringkali kita merasa bahwa hidup ini tidak adil, ketidakadilan ini
bermula saat kenyataan yang kita hadapi tidak sesuai dengan keinginan
dan harapan kita.
Keinginan lahir dari cita-cita atau bisa juga
merupakan rencana hidup kita seperti visi dan misi hidup, dan kenyataan
merupakan sesuatu yang kita alami, harus dihadapi, tidak bisa
dihindarkan dan diabaikan.
Kenyataan yang pahit , terasa begitu
nyata seperti gunung es tatkala kita berada di atas kapal laut yang tak
terhindarkan harus menabrak, seberapa piawainyapun sang nakhoda... Dan
seseorang merasa hidup ini lebih tidak adil saat ikhtiar dan doa pun
sudah dipanjatkan beriringan dengan kepasrahan mendalam.
Kekecewaan
bertumpuk-tumpuk, seperti awan kelam yang menggulung tatkala akan hujan
deras membawa banjir dan longsor. Sebelum menghadapinyapun kita sudah
takut, karena imajinasi kita tentang kekelaman yang kita akan hadapi
sudah tertancap dalam pikiran, oh hari esok rasanya berat, oh entah
kepahitan apa lagi yang akan menjemput jiwa. Dan benarlah saatnya tiba
kita begitu rapuh, lemah, terkulai, kesesakan tatkala bangun pagi
menjadi rutinnya kehidupan.
Saat-saat seperti itu yang menguatkan
saya adalah perkataan Allah SWT dalam Al-Baqarah ayat 216, bahwa sesuatu
yang terasa tidak baik atau kita membencinya, bisa jadi itu adalah hal
yang baik untuk kita dan sebaliknya bila kita merasa sesuatu itu baik
untuk kita bisa jadi amat buruk untuk kita, karena hanya Allah SWT yang
Maha Mengetahui.
Untuk beberapa individu memang hal ini terasa
klise, tapi memang setelah dijalani inilah kenyataannya. Kita tidak akan
pernah mengetahui sesuatu itu baik atau buruk disaat kita belum melalui
nya dan merasakan hikmah atau arti sesungguh nya dari yang kita alami.
Saat
sekarang ini akan terasa mudah untuk mengatakan bahwa orang lain tidak
akan pernah mengerti apa yang kita rasakan dan mereka hanya bisa
memberikan justifikasi terhadap kenyataan pahit hidup yang kita alami,
memang lebih mudah untuk menghindari nasihat-nasihat yang terasa
menghakimi dibandingkan dengan berkontemplasi atau merenung sejenak
apakah memang nasihat itu merupakan solusi untuk masalah kita. Lingkaran
setan ini yang terus mengelilingi kita disaat hidup terasa begitu
pahit, yaitu kita mendapatkan kenyataan tidak sesuai dengan
keinginan/pengharapan lalu dengan mudahnya kita menepis pertolongan
orang dan menjauh dari sang Khalik.
Percaya atau tidak, bahwa di
hidup ini ada mukjizat, sesuatu yang dikira atau dinalar tidak masuk
akal namun terjadi. Terkadang hal ini terjadi di saat kita merasa sudah
lelah bergulat dengan hidup, namun kita masih memiliki secercah harapan
kepada Allah SWT, disaat kita merasa tidak ada lagi orang yang perduli
terhadap kegetiran hidup yang kita alami, namun kita masih bisa bersabar
untuk mendapatkan bantuan Allah, La-Haula Walla Quwata Illa Billahil
Alliyil Adzim, tiada pertolongan dan daya upaya yang datang selain dari
Allah. Kita jangan takut akan suatu masalah tapi kita harus takut jika
kita tidak mendapatkan pertolongan dari Allah SWT dalam mengahadapi
masalah.
Saat masalah dirasa telah menggunung, dan terlihat seolah
tidak mungkin ada jalan keluarnya. Mulai berbaik sangkalah kepada Allah
SWT bahwa semua ini diciptakan berpasang-pasangan. Ujung pelangi
memiliki ujung pelangi yang lain, embun pagi terasa indah bila
dipasangkan dengan pagi hari begitu juga dengan kesedihan dipasangkan
dengan kebahagiaan, ini sudah merupakan janji Allah SWT.
Begitu
juga dengan masalah, memang Allah pasangkan dengan doa, karena bila
ditilik lebih jauh doa itu erat kaitannya dengan sabar dan sholat. Di
dalam kesabarannya dalam menghadapi cobaan dan ujian, seseorang selalu
memanjatkan doa nya kepada Allah SWT. Bentuk doa yang paling hakiki
ialah sholat, yang di dalamnya terdapat ribuan bentuk zikir atau
mengingat Allah SWT.
Disayangkan banyak orang yang menganggap
remeh kekutan dari doa, doa itu sangat dahsyat, doa merupakan bentuk
kepasrahan dati diri manusia di hadapanNya, doa merupakan komunikasi
langsung yang mendekatkan jarak antara hamba dengan PenciptaNya, doa
merupakan bentuk pinta dari kita terhadap Yang Maha Dipinta.
Manusia
seringkali merasa sibuk atau mungkin disibukkan dengan logika berpikir
rasional nya, bahwa doa itu hanya pelengkap dari usaha kita, doa
merupakan hal yang tidak masuk di akal bila dilihat dari kemampunannya
menyelesaikan masalah.
Bila dihayati doa itu terasa nikmat bila
dikemas dengan kepercayaan yang mendalam terhadap kekuatan dari doa,
Allah SWT begitu menyukai hambaNya yang berdoa di setiap saat nya, hanya
untuk meminta ditunjukkan bus mana yang seharusnya diambil untuk
menghindari macet sampai ke doa pilihan pasangan hidupnya. Karena memang
selayaknya itulah posisi pentingnya Allah SWT dalam kehidupan kita.
Setelah
tangisan terasa sudah mengering, saat terasa keinginan untuk mengakhiri
hidup sudah mengkungkung, ingatlah bahwa daun yang jatuh saja itu atas
ijin Allah SWT, apalagi insan manusia yang dijadikanNya khalifah di muka
bumi ini, pasti telah diatur skenario hidupnya. Wajar memang bila
kesedihan mendera kita yang amat sangat, namun apakah kita pernah
meminta untuk”dipeluk”oleh Allah SWT dalam rintihan doa-doa kita,
dipeluk oleh lindungan dan pertolonganNya untuk menghindari keputusasaan
yang sering menghampiri kita?
Terkadang kita merasa “pelukan”
yang berarti dan bisa dirasakan hanya datang dari manusia,
sedangkan”pelukan”yang terasa memeluk kita dari perbuatan keputusasaan,
yang begitu tulus dan tidak minta untuk “dipeluk” kembali hanya pelukan
dari Allah SWT, dan yang harus kita lakukan untuk mendapatkan pelukan
yang tulus dan begitu menghangatkan jiwa, hanyalah memintanya lewat
doa-doa dan tangisan rintihan kita memohon pelukanNya, hanya itu...
Sehingga
semoga secercah pemikiran dan pengalaman di atas bisa menumbuhkan
perasaan bahwa kepedihan hidup dialami semua orang, bahwa kita tidak
sendirian, kenyataan tidak sesuai dengan keinginan adalah hal yang wajar
kita alami, kebersamaan dan berbagi rasa semoga bisa menjadi solusi
untuk menghadapi kesedihan, bukan berlarut dengannya.
Optimisme
harus kita kobarkan dalam jiwa, yang terkadang meredup oleh kerasnya
badai, dan pondasi optimisme itu kita tancapkan pada keyakinan bahwa
Allah selalu bersama kita, bantuannya akan selalu datang pada mereka
yang meminta.
PUTUS HUBUNGAN PACARAN....!!!!
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Ba’da tahmid dan shalawat…
Syukur pada Allah yang masih mengaruniakan nafas padaku dan padamu untuk segera memperbarui taubat.
Mas, rasanya aku telah menemukan Kekasih yang jauh lebih baik darimu. Yang Tak Pernah Mengantuk dan Tak Pernah Tidur. Yang siap terus menerus Memperhatikan dan Mengurusku. Yang selalu bersedia berduaan di sepertiga terakhir malam. Yang siap Memberi apapun yang kupinta. Ia yang Bertahta, Berkuasa, dan Memiliki Segalanya.
Maaf masi, tapi menurutku kau bukan apa-apa dibanding Dia. Kau sangat lemah, kecil dan kerdil di hadapanNya. Dan, aku khawatir apa yang telah kita lakukan selama ini membuatNya murka. Padahal Ia, Maha Kuat, Maha Gagah, Maha Perkasa, Maha Keras SiksaNya.
mas, belum terlambat untuk bertaubat. Apa yang telah kita lakukan selama ini pasti akan ditanyakan olehNya. Ia bisa marah, mas. Marah tentang saling pandang yang kita lakukan, marah karena setitik sentuhan kulit kita yang belum halal itu, marah karena suatu ketika dengan terpaksa aku harus membonceng motormu, marah karena pernah ketetapanNya kuadukan padamu atau tentang lamunanku yang selalu membayang-kan wajahmu. Ia bisa marah. Tapi sekali lagi semua belum terlambat. Kalau kita memutuskan hubungan ini sekarang, semoga Ia mau Memaafkan dan Mengampuni. mas, Ia Maha Pengampun, Maha Pemberi Maaf, Maha Menerima Taubat, Maha Penyayang, Maha Bijaksana.
Mas, jangan marah ya. Aku sudah memutuskan untuk menyerahkan cintaku padaNya, tidak pada selainNya. Tapi tak cuma aku, akhi. Kau pun bisa menjadi kekasihNya, kekasih yang amat dicintai dan dimuliakan. Caranya satu, kita harus jauhi semua larangan-laranganNya termasuk dalam soal hubungan kita ini. Insya Allah, Dia punya rencana indah untuk masa depan kita masing-masing. Kalau engkau selalu berusaha menjaga diri dari hal-hal yang dibenciNya, kau pasti akan dipertemukan dengan seorang wanita shalihah. Ya, wanita shalihah yang pasti jauh lebih baik dari diriku saat ini. Ia yang akan membantu-mu menjaga agamamu, agar hidupmu senantiasa dalam kerangka mencari ridha Allah dalam ikatan pernikahan yang suci. Inilah doaku untukmu, semoga kaupun mendoakanku, mas.
mas, aku akan segera menghapus namamu dari memori masa lalu yang salah arah ini. Tapi, aku akan tetap menghormatimu sebagai saudara di jalan Allah. Ya, saudara di jalan Allah, mas. Itulah ikatan terbaik. Tak hanya antara kita berdua. Tak mustahil itulah yang akan mempertemukan kita dengan Rasulullah di telaganya, lalu beliaupun memberi minum kita dengan air yang lebih manis dari madu, lebih lembut dari susu, dan lebih sejuk dari krim beku.
Maaf mas. Tak baik rasanya aku berlama-lama menulis surat ini. Aku takut ini merusak hati. Goresan pena terakhirku di surat ini adalah doa keselamatan dunia akhirat sekaligus tanda akhir dari hubungan haram kita, Insya Allah.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakaatuh.
Demikianlah isi surat yang dihadiahkan oleh Salim A. Fillah untuk kita yang saya kutip dari bukunya yang berjudul ”Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan”.
Semoga bermanfaat bagi kita ya … Insya Allah
Ba’da tahmid dan shalawat…
Syukur pada Allah yang masih mengaruniakan nafas padaku dan padamu untuk segera memperbarui taubat.
Mas, rasanya aku telah menemukan Kekasih yang jauh lebih baik darimu. Yang Tak Pernah Mengantuk dan Tak Pernah Tidur. Yang siap terus menerus Memperhatikan dan Mengurusku. Yang selalu bersedia berduaan di sepertiga terakhir malam. Yang siap Memberi apapun yang kupinta. Ia yang Bertahta, Berkuasa, dan Memiliki Segalanya.
Maaf masi, tapi menurutku kau bukan apa-apa dibanding Dia. Kau sangat lemah, kecil dan kerdil di hadapanNya. Dan, aku khawatir apa yang telah kita lakukan selama ini membuatNya murka. Padahal Ia, Maha Kuat, Maha Gagah, Maha Perkasa, Maha Keras SiksaNya.
mas, belum terlambat untuk bertaubat. Apa yang telah kita lakukan selama ini pasti akan ditanyakan olehNya. Ia bisa marah, mas. Marah tentang saling pandang yang kita lakukan, marah karena setitik sentuhan kulit kita yang belum halal itu, marah karena suatu ketika dengan terpaksa aku harus membonceng motormu, marah karena pernah ketetapanNya kuadukan padamu atau tentang lamunanku yang selalu membayang-kan wajahmu. Ia bisa marah. Tapi sekali lagi semua belum terlambat. Kalau kita memutuskan hubungan ini sekarang, semoga Ia mau Memaafkan dan Mengampuni. mas, Ia Maha Pengampun, Maha Pemberi Maaf, Maha Menerima Taubat, Maha Penyayang, Maha Bijaksana.
Mas, jangan marah ya. Aku sudah memutuskan untuk menyerahkan cintaku padaNya, tidak pada selainNya. Tapi tak cuma aku, akhi. Kau pun bisa menjadi kekasihNya, kekasih yang amat dicintai dan dimuliakan. Caranya satu, kita harus jauhi semua larangan-laranganNya termasuk dalam soal hubungan kita ini. Insya Allah, Dia punya rencana indah untuk masa depan kita masing-masing. Kalau engkau selalu berusaha menjaga diri dari hal-hal yang dibenciNya, kau pasti akan dipertemukan dengan seorang wanita shalihah. Ya, wanita shalihah yang pasti jauh lebih baik dari diriku saat ini. Ia yang akan membantu-mu menjaga agamamu, agar hidupmu senantiasa dalam kerangka mencari ridha Allah dalam ikatan pernikahan yang suci. Inilah doaku untukmu, semoga kaupun mendoakanku, mas.
mas, aku akan segera menghapus namamu dari memori masa lalu yang salah arah ini. Tapi, aku akan tetap menghormatimu sebagai saudara di jalan Allah. Ya, saudara di jalan Allah, mas. Itulah ikatan terbaik. Tak hanya antara kita berdua. Tak mustahil itulah yang akan mempertemukan kita dengan Rasulullah di telaganya, lalu beliaupun memberi minum kita dengan air yang lebih manis dari madu, lebih lembut dari susu, dan lebih sejuk dari krim beku.
Maaf mas. Tak baik rasanya aku berlama-lama menulis surat ini. Aku takut ini merusak hati. Goresan pena terakhirku di surat ini adalah doa keselamatan dunia akhirat sekaligus tanda akhir dari hubungan haram kita, Insya Allah.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakaatuh.
Demikianlah isi surat yang dihadiahkan oleh Salim A. Fillah untuk kita yang saya kutip dari bukunya yang berjudul ”Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan”.
Semoga bermanfaat bagi kita ya … Insya Allah
" HARI GINI MASIH PAKE CELANA PENDEK "
Assalaamu 'alaykum wr wb
Sahabat muslim..,
Gak sedikit di antara kita yang udah pada gede alias dewasa ,saat keluar rumah masih pake celana pendek, walhasil dengkul yang mestinya aurat yang harus di tutupi jadi kelihatan...mending kalo ga ada bekas koreng nya...hehehehe ( walopun ga ada mending2 nya ).
Yang lucu lagi sekarang , banyak anak perempuan yang pada pake baju n celana adiknya, akhirnya bagian perut n paha keliatan kemana2.....weleh weleh weleh jadi murah dah tuh..., kalo di umpama in sama sayuran kan beda harga nya yang di bungkus sama yang gak dibungkus...
Bro n sist...., pastinya kita semua udah pada tau masalah bagian tubuh yang harus ditutupi or tidak boleh dilihat sama yang bukan muhrimnya...,jadi gak perlu ane jelasin secara detailnya..
Naah sekarang coba kita renungi aja Firman Allah SWT n Hadist dari Nabi SAW :
“Hai anak Adam, Sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS. Al A’raaf : 26)
“Ada dua golongan penduduk neraka yang belum aku lihat sekarang ini. Satu kaum yang bersama mereka cambuk-cambuk seperti ekor sapi yang dipakai untuk memukul orang. Wanita-wanita mereka berpakaian namun telanjang, bergaya pundak mereka dan berpaling dari kebenaran. Kepala mereka seperti punuk unta kurus, mereka tidak masuk surga dan tidak mencium baunya. Padahal baunya tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (H.R. Muslim)
“Jangan engkau singkap kedua pahamu dan jangan melihat paha orang yang masih hidup dan juga yang telah mati.” (HR Abu Daud, Ibnu Majah, dan Al Hakim. Al Arnauth berkata dalam Jami’il Ushul 5/451 : “sanadnya hasan”).
Sahabat muslim.... sekaranglah saatnya buat kita ngebenahin cara berpakain kita, supaya Allah dan Rosul Ridho sama kita n jangan beri celah sama syetan untuk godain kita lewat aurat yg terbuka...
By, Abu Yumna
Billaahi Fii Sabili Al Haq....,, Wassalaamu 'alaykum Wr Wb
Sahabat muslim..,
Gak sedikit di antara kita yang udah pada gede alias dewasa ,saat keluar rumah masih pake celana pendek, walhasil dengkul yang mestinya aurat yang harus di tutupi jadi kelihatan...mending kalo ga ada bekas koreng nya...hehehehe ( walopun ga ada mending2 nya ).
Yang lucu lagi sekarang , banyak anak perempuan yang pada pake baju n celana adiknya, akhirnya bagian perut n paha keliatan kemana2.....weleh weleh weleh jadi murah dah tuh..., kalo di umpama in sama sayuran kan beda harga nya yang di bungkus sama yang gak dibungkus...
Bro n sist...., pastinya kita semua udah pada tau masalah bagian tubuh yang harus ditutupi or tidak boleh dilihat sama yang bukan muhrimnya...,jadi gak perlu ane jelasin secara detailnya..
Naah sekarang coba kita renungi aja Firman Allah SWT n Hadist dari Nabi SAW :
“Hai anak Adam, Sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS. Al A’raaf : 26)
“Ada dua golongan penduduk neraka yang belum aku lihat sekarang ini. Satu kaum yang bersama mereka cambuk-cambuk seperti ekor sapi yang dipakai untuk memukul orang. Wanita-wanita mereka berpakaian namun telanjang, bergaya pundak mereka dan berpaling dari kebenaran. Kepala mereka seperti punuk unta kurus, mereka tidak masuk surga dan tidak mencium baunya. Padahal baunya tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (H.R. Muslim)
“Jangan engkau singkap kedua pahamu dan jangan melihat paha orang yang masih hidup dan juga yang telah mati.” (HR Abu Daud, Ibnu Majah, dan Al Hakim. Al Arnauth berkata dalam Jami’il Ushul 5/451 : “sanadnya hasan”).
Sahabat muslim.... sekaranglah saatnya buat kita ngebenahin cara berpakain kita, supaya Allah dan Rosul Ridho sama kita n jangan beri celah sama syetan untuk godain kita lewat aurat yg terbuka...
By, Abu Yumna
Billaahi Fii Sabili Al Haq....,, Wassalaamu 'alaykum Wr Wb
"BANG UDIN FAMILY"
"konyol bini gue glagatnye, makin hari makin rese ! "kata bang udin dgn wajah muram.
"Rese apa din ? lu kepala dingin dah, slidik ape sebabnye bini loe begitu, saye rasa dia sholeha,pake kudungan kemane2," ucap haji maman.
"Ya make juga kite suruh jie, cuma kelakuan nye aja jie, masa kalo ngoceh banding2 in keluarga laen, kite kan tersinggung sbg laki2...?
bang udin merasa gak di hargai setiap dia cari duit,istrinya sedikit2 nyindir, banding2 kan dgn tetangga, sodara, tentang keunggulan ekonomi keluarganya.. pantes aja sbg laki2 dia sumpek,walo cuma ngojek, tapi kebutuhan harian cukup, bisa jadi karena die getol dhuha, karena pangkalan ojeknya deket musholla n rajin ikutin acara TV Ust. Yusuf mansur. Tapi masalahnya tetep aja ada dari sisi lain, dalam hal ini istrinya.
kurang ape gue pak haji ?, ape die gak liat, punya suami rajin,ngaji saban malem getol, coba laki2 laen... kaya si ucok tuh, tiap hari nyekik botol... keluarga ga ke urus !" bini ga tau di untung, dunia aja pikirannye, agame nomer enem belas. " tukas bang udin sambil ngetok2 in helmnya yg butut.
lah, ucok mah pedagang togel din, jgn disamain ! ...lu lagi udeh ngurus agame,bini nt malah engga di ajarin agame...?, lu ngaji dia ikutan ga? lu tahajud juga ajak dia enggak? Tanya H.maman.
sontak si udin diem. pikir punya pikir dlm batin udin, " iye juga ,gue aja yg getol blajar agame, bini ga ke pikiran, cuma negor sholat doang, tapi ga ada kebersamaan dlm blajar agama.
"Lah ,die bungkem? "ujar H. maman.
"bener juga pak haji, gue aja selama ini yg rajin...? tatap udin se akan baru bangun tidur.
Masya Allah...., ape gue kate kan? ,lu ajarin bini lu agama juga dong...jgn cuma loe sendirian...ngaji bareng dong,tahajud bareng, jgn cuma makan doang yg bareng....
udin ngangguk2, dia bertekad niat secara pelan2 mengajak istrinya untuk aktif di pengajian. ta'lim keluarga yg selama kurang di perhatikan.
semoga cerita ini bisa jadi inspirasi buat kite semue.
"Rese apa din ? lu kepala dingin dah, slidik ape sebabnye bini loe begitu, saye rasa dia sholeha,pake kudungan kemane2," ucap haji maman.
"Ya make juga kite suruh jie, cuma kelakuan nye aja jie, masa kalo ngoceh banding2 in keluarga laen, kite kan tersinggung sbg laki2...?
bang udin merasa gak di hargai setiap dia cari duit,istrinya sedikit2 nyindir, banding2 kan dgn tetangga, sodara, tentang keunggulan ekonomi keluarganya.. pantes aja sbg laki2 dia sumpek,walo cuma ngojek, tapi kebutuhan harian cukup, bisa jadi karena die getol dhuha, karena pangkalan ojeknya deket musholla n rajin ikutin acara TV Ust. Yusuf mansur. Tapi masalahnya tetep aja ada dari sisi lain, dalam hal ini istrinya.
kurang ape gue pak haji ?, ape die gak liat, punya suami rajin,ngaji saban malem getol, coba laki2 laen... kaya si ucok tuh, tiap hari nyekik botol... keluarga ga ke urus !" bini ga tau di untung, dunia aja pikirannye, agame nomer enem belas. " tukas bang udin sambil ngetok2 in helmnya yg butut.
lah, ucok mah pedagang togel din, jgn disamain ! ...lu lagi udeh ngurus agame,bini nt malah engga di ajarin agame...?, lu ngaji dia ikutan ga? lu tahajud juga ajak dia enggak? Tanya H.maman.
sontak si udin diem. pikir punya pikir dlm batin udin, " iye juga ,gue aja yg getol blajar agame, bini ga ke pikiran, cuma negor sholat doang, tapi ga ada kebersamaan dlm blajar agama.
"Lah ,die bungkem? "ujar H. maman.
"bener juga pak haji, gue aja selama ini yg rajin...? tatap udin se akan baru bangun tidur.
Masya Allah...., ape gue kate kan? ,lu ajarin bini lu agama juga dong...jgn cuma loe sendirian...ngaji bareng dong,tahajud bareng, jgn cuma makan doang yg bareng....
udin ngangguk2, dia bertekad niat secara pelan2 mengajak istrinya untuk aktif di pengajian. ta'lim keluarga yg selama kurang di perhatikan.
semoga cerita ini bisa jadi inspirasi buat kite semue.
AL WALAA WAL BARAA'
Al Walaa Wal Baraa’ adalah salah satu bagian dari Usul ud Dien. Usul ul
Dien terbagi menjadi tiga bagian:
1.
Tauhid
2.
Al Walaa’ Wal Baraa’
3.
Al Jihad dan Al Hijrah
Al Walaa Wal Baraa’ terbagi menjadi dua bagian:
Walaa’ dan Baraa’ adalah salah satu bagian dalam usul ud dien, kita
membenci kuffar sebagai sebuah masalah dalam dien hanya karena Allah (Swt)
semata. Kita tidak membenci Yahudi karena pandangan mereka; Allah (swt) adalah
yang menciptakan pandangan mereka, kebencian kita terhadap mereka semata-mata
hanya karena Allah (swt).
Al Walaa wal Baraa’ terbagi menjadi dua:
1.
Al Hubb
Mencintai karena Allah, Al
Muwalaat. Al Muwalaat secara bahasa berarti ‘mencintai dalam hati.’ Abdullah
ibnu Abbas berkata:
“Al Muwalaat adalah mencintai
dalam hati dan mendukung penuh dengan anggota tubuh dan lidah untuk dien Islam
semata.”
Aturan ini diluar untuk kuffar,
Walaa’ adalah selalu untuk Allah (dan dien Allah) saja, dan semua Baraa’ adalah
untuk kufur dan syirik.
Allah berfirman dalam kitabNya:
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan
orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah
(untuk menyiksamu)?” (QS An Nisa 4: 144)
Dengan demikian kita hanya bisa
mempunyai Al Muwalaat dengan orang-orang yang beriman saja. Tetapi apa itu Al
Muwalaat? Itu adalah:
- Mencintai
- Mendekati
- Berteman
- Bersahabat
- Membantu
- Menghormati
- Memuliakan
- Beraliansi
- Mendukung
Semua karena Allah (swt) dan
orang yang telah ditunjuk untuk ber Muwalaat dengan mereka, tidak untuk kuffar.
1.
Al Bughud (Membenci)
Membenci hanya karena Allah
(swt), atau Al Mu’adaat, ini adalah kebalikan dari Al Muwalaat, itu adalah:
- Membenci
- Menjaga jarak
- Memusuhi
- Meninggalkan
- Menolak untuk memberi pertolongan
- Merendahkan
- Tidak beraliansi
- Tidak mendukung
Allah (swt) memerintahkan kita
untuk mempunyai Baraa’ kepada kuffar dari kufur dan syirik. Allah (swt)
memerintahkan kepada kita untuk mempunyai walaa dengan para Nabi dan kepada
orang-orang yang beriman. Namun tidak
perlu bingung dengan Al Birr. Al Birr adalah keadaan tertentu dengan
orang-orang kuffar dimana kita melakukan perjanjian dengan mereka.
Allah (swt) berfirman:
“Allah tidak melarang kamu untuk
berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu
karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS Al Mumtahanah 60: 8)
Al Walaa wal Baraa’ telah banyak
dideklarasikan pada ayat-ayat Al Qur’an dengan jelas, lebih banyak setelah
Tauhid, ini bukan sesuatu dimana kita bisa berargumentasi atau bahkan
membantahnya.
Telah diketahui dalam
membicarakan masalah Al Walaa wal Baraa’ dan Tauhid ini paling banyak diantara
para Shahabat dan Imam empat Mahzab, setelah mereka – Syeikh ul Islam ibnu
Taimiyah dan Syeikh Muhammad ibnu Abdul Wahhab.
Pada topik dari Walaa wal
Baraa’, Syeikh Abdur Rahman bin Hasan berkata:
“Tiga hal peniadaan dien adalah
Muwalaat dengan Musyrikin, bersekutu dengan mereka, menyandarkan diri kepada
mereka dan mendukung mereka dengan tangannya dan kekayaannya. Sebagaimana Allah
(swt) berfirman: “…janganlah sekali-kali kamu menjadi penolong bagi orang-orang
kafir.” (QS Al Qashash 28: 86)
Beliau kemudian pergi untuk
mencari ayat yang lain dimana Allah (swt) juga berfirman:
“Musa berkata: "Ya Tuhanku,
demi nikmat yang telah Engkau anugerah- kan kepadaku, aku sekali-kali tiada
akan menjadi penolong bagi orang- orang yang berdosa.” (QS Al Qashash 28: 17)
lebih lanjut Allah berfirman
dalam surah Al Mumtahanah ayat 9:
“Sesungguhnya Allah hanya
melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena
agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk
mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim.”
Disini Allah menggunakan kata Az
Zhalimun dan itu telah diketahui bahwa pada saat Allah (swt) menggunakan kata
Az Zalimun dengan ‘Az’, sebagaimana menentang hanya untuk Zalimun, Dia (Swt)
mengartikan ‘Al kafir’.
Allah (swt) berfirman dalam
Qur’an:
“Sesungguhnya orang-orang yang
kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka,
syaitan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan
angan-angan mereka.
Yang demikian itu karena
sesungguhnya mereka (orang-orang munafik) itu berkata kepada orang-orang yang
benci kepada apa yang diturunkan Allah (orang-orang Yahudi): "Kami akan
mematuhi kamu dalam beberapa urusan", sedang Allah mengetahui rahasia
mereka.” (QS Muhammad 47: 25-26)
Disini Allah (swt) telah
mendeklarsikan orang-orang yang menaati hukum kufur bahkan hanya dalam
bagian-bagiannya saja, meninggalkan tanpa keringanan untuk mereka, bahkan tanpa
paksaan, tetapi kita harus berteriak untuk melawan kejahatan, bahkan untuk diam
saja tidak dibolehkan. Ini telah didemonstrasikan pada masa Muhammad (saw)…
Khalid bin Walid telah memerangi
Musailamah Kazab, yang mengaku sebagai nabi palsu. Khalid bin Walid telah
memerangi kota dimana Musailamah berasal. Dia menangkap para pemimpin-pemimpin
kabilah disana. Dia telah bertanya kepada para pemimpin-pemimpin itu tentang
temannya (Musailamah), Khalid berkata: “Dia adalah Rasul Allah disamping Rasul
yang lain.” Itu cukup bagi Khalid untuk memerintahkan “bunuh mereka semua.”
Namun pada saat semua pemimpin
kabilah disana telah terbunuh, dia berkata: “mulai dari Muja’a” ini karena
Maja’a adalah seorang Muslim dan seorang figure besar dalam kabilah. Maja’a
berbicara kepada Khalid dengan berkata, “Wahai Khalid aku adalah seorang Muslim;
saya tidak pernah berimana pada Musailamah, dia adalah orang dari kabilahku,
itu adalah jalan tengah; Aku akan memenjarakan dia sampai Allah (swt)
menunjukkan kepadaku sebuah jalan.” Maja’a berfirkir bahwa telah
memenjarakannya dengan harapan menggali informasi tentang Musailamah, kemudian
dia berkata lagi: “Wahai Khalid, kamu telah mengetahui bahwa aku adalah
orang-orang yang telah memberikan bai’at kepada Muhammad (saw). Apakah aku telah melakukan kesalahan? Itu
terjadi hanya karena dia berasalah dari kabilahku. Dan Allaj (swt) berfirman:
“Dan tidaklah seorang membuat
dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang
berdosa tidak akan memikul dosa orang lain…” (QS Al Al An’aam 6: 164)
Khalid berkata:
“Kesalahanmu adalah bahwa kamu
tidaka pernah menolak kejahatan. Kamu adalah orang yang mengetahui hal itu
dengan baik tetapi diam saja. Apakah kamu teleh berbicara untuk memeranginya
seperti orang-orang yang telah melakukannya? Berbicara (begini dan begini),
berbicara (begini dan begini). Jika kamu tidak bermaksud untuk melakukan yang
demikian, apakah kamu telah mengrimkan sebuah surat kepada aku? Apakah kamu
meminta bantuanku? Mengapa kamu tidak hijrah?
Khalid tidak memberikan dia
keringan, dan faktanya Majaa’a berkelakuan seperti seorang yang murtad,
terancam kematian jika dia tidak bertobat, namun Majaa’a mundur, tetapi masih
dihkum Ta’zir.
Al Muwalaat adalah dilarang
kepada Kuffar
“Hal itu dilarang untuk
ber-Muwalaat dengan kuffar, apakah dia kafir asli atau murtad.”
Allah (Swt) telah menetapkan itu
dengan jelas bahwa tidak diperbolehkan bagi seorang Muslim untuk mempunyai Al
Muwalaat kepada kuffar:
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan
orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah
(untuk menyiksamu)? (QS An Nisa 4: 144)
“Janganlah orang-orang mukmin
mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang
mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan
Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari
mereka…” (QS Ali Imran 28)
Allah adalah wali bagi
orang-orang yang beriman, dan orang-orang beriman harus mempunyai walaa kepada
Allah, kuffar sangat tidak pantas untuk mendapatkan walaa dari orang yang
beriman.
Jika seorang Muslim mempunyai
walaa kepada kuffar, maka dia berdosa, namun jika mereka bersekutu dengan
mereka maka mereka Murtad. Tetapi
jika dia bersekutu dengan mereka dan memerang kaum Muslim, dia menjadi murtad
harbi.
Kita membenci kuffar semata-mata
hanya kepada Allah, dan kita juga membenci Munafiqun hanya karena Allah, jika
seseorang tidak melakukan demikian maka dia meninggalkan ikatan Islam.
Al Muwalaat kepada Muslim adalah
kewajiban
Allah (SWt) berfirman:
“Dan orang-orang yang beriman,
lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi
sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari
yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan
Rasul-Nya. Mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Allah menjanjikan kepada
orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya
mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat
yang bagus di surga 'Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah
keberuntungan yang besar.” (QS At Taubah 9: 71-72)
Al Muwalaat adalah kewajiban
bagi orang-orang yang beriman, Allah (swt) telah menggambarkan kita sebagai
sebuah saudara, membedakan kita dari orang-orang kafir.
Allah (swt) berfirman:
“Orang-orang beriman itu
sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara
kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”
(QS al Hujarat 49: 10)
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi
pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang
lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka
sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
Maka kamu akan melihat
orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera
mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan
mendapat bencana." Mudah-mudahan
Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan
dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang
mereka rahasiakan dalam diri mereka.
Dan orang-orang yang beriman
akan mengatakan: "Inikah orang-orang yang bersumpah sungguh-sungguh dengan
nama Allah, bahwasanya mereka benar-benar beserta kamu?" Rusak binasalah
segala amal mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang merugi.
Hai orang-orang yang beriman,
barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan
mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya,
yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras
terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut
kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya
kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi
Maha Mengetahui.
Sesungguhnya penolong kamu
hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat
dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).
Dan barangsiapa mengambil Allah,
Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya
pengikut (agama) Allah itulah yang pasti
menang.
Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi
buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi
kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan
bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.” (QS
Al Ma’idah 5: 51-57)
Lebih lanjut Abu Huraira
meriwayatkan bahwa Rasulullah (saw) bersada:
“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lainnya.”
Senin, 27 Februari 2012
KEISTIMEWAAN AQIDAH ISLAM (AQIDAH AHLI SUNNAH WAL JAMA’AH) Bagian I
Oleh
: Fadhilatus Syaikh Muhammad Ibrahim al-Hamd
Aqidah Islam yang
tercermin di dalam aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah memiliki sejumlah
keistimewaan yang tidak dimiliki oleh aqidah manapun. Hal itu tidak
mengherankan, karena aqidah tersebut diambil dari wahyu yang tidak tersentuh
kebatilan dari arah manapun datangnya.
Keistimewaan itu
antara lain:
Sumber Pengambilannya adalah
Murni
Hal itu karena
aqidah Islam berpegang pada Al-Qur’an, As-Sunnah, dan ijma’ Salafush shalih.
Jadi, aqidah Islam diambil dari sumber yang jernih dan jauh dari kekeruhan hawa
nafsu dan syahwat.
Keistimewaan ini
tidak dimiliki oleh berbagai madzhab, millah dan ideologi lainnya di
luar aqidah Islam (aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah).
Orang-orang Yahudi
dan Nashrani menjadikan para pendeta dan rahib mereka sebagai tuhan selain
Allah.
Kaum sufi
mengambil ajarannya dari kasyaf
(terbukanya tabir antara makhluk dengan Tuhan), ilham, hadas (tebakan), dan mimpi.
Kaum Rafidlah
mengambil ajarannya dari asumsi mereka di dalam al-jafr (tulisan tangan
Ali bin Abi Thalib t) dan perkataan imam-imam mereka.[2][2]
Para Ahli kalam mengambil ajarannya dari akal
(rasio).
Sementara itu para
penganut madzhab-madzhab pemikiran dan aliran-aliran sesat lainnya, seperti
Komunisme dan Sekularisme, mendasarkan pokok-pokok mereka pada sampah pikiran
orang-orang sesat dan pola pikir orang-orang kafir dan atheis yang menjadikan
hawa nafsu dan syahwat mereka sebagai sumber hukum bagi hamba-hamba Allah.[3][3]
Sedangkan aqidah
Ahli Sunnah wal Jama’ah –alhamdulillah-
selamat dan bersih dari kebohongan dan kepalsuan semacam itu.
Berdiri di atas Pondasi
Penyerahan Diri kepada Allah dan Rasul-Nya
Hal itu karena
aqidah bersifat ghaib, dan yang ghaib tersebut bertumpu pada penyerahan diri.
Dus, kaki Islam tidak akan berdiri tegak melainkan di atas pondasi penyerahan
diri dan kepasrahan.
Jadi, iman kepada
yang ghaib merupakan salah satu sifat terpenting bagi orang-orang mukmin yang
dipuji oleh Allah Ta’ala. Firman-Nya,
“Alif laam
miin. Kitab ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.
Yaitu, mereka yang beriman kepada yang ghaib,
yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al-Baqarah: 1-3)
Sebab, akal tidak
mampu memahami yang ghaib dan tidak mampu secara mandiri mengetahui syariat
secara rinci, karena kelemahan dan keterbatasannya. Sebagaimana pendengaran
manusia yang terbatas penglihatannya yang terbatas, dan kekuatan yang terbatas,
maka akalnya pun terbatas. Sehingga tidak ada pilihan lain selain beriman kepada
yang ghaib dan berserah diri kepada Allah Azza wa Jalla.
Sedangkan
aqidah-aqidah lainnya tidak berserah diri kepada Allah dan Rasul-Nya, melainkan
tunduk kepada rasio, akal, dan hawa nafsu. Padahal, sumber kerusakan umat dan
agama tidak lain adalah karena mendahulukan aqli daripada naqli, mendahulukan
rasio daripada wahyu, dan mendahulukan hawa nafsu daripada petunjuk.[4][4]
Sesuai dengan Fitrah yang Lurus
dan Akal yang Sehat
Aqidah Ahli Sunnah
wal Jama’ah sesuai dengan fitrah yang sehat dan selaras dengan akal yang murni.
Akal murni yang bebas dari pengaruh syahwat dan syubuhat tidak akan
bertentangan dengan nash yang shahih dan bebas dari cacat.
Sedangkan
aqidah-aqidah lainnya adalah halusinasi dan asumsi-asumsi yang membutakan
fitrah dan membodohkan akal.
Oleh karena itu,
jikalau diandaikan bahwa seseorang bisa melepaskan diri dari segala macam
aqidah dan hatinya menjadi kosong dari kebenaran dan kebatilan, kemudian ia
mengamati semua jenis aqidah –yang benar maupun yang salah- dengan adil, fair, dan pemahaman yang benar, niscaya
ia akan melihat kebenaran dengan jelas dan mengetahui bahwasanya orang yang
menganggap sama antara aqidah yang benar dan yang tidak benar adalah seperti
orang yang menganggap sama antara malam dan siang.[5][5]
Sanadnya Bersambung kepada
Rasulullah r, Para Tabi’in, dan Imam-Imam
Agama, baik dalam Bentuk Ucapan, Perbuatan, maupun Keyakinan (I’tiqad)
Keistimewaan ini
merupakan salah satu karakteristik Ahli Sunnah yang diakui oleh banyak
seterunya, seperti Syi’ah dan lain-lain. Sehingga –alhamdulillah- tidak ada satu pun di antara pokok-pokok Ahli Sunnah
wal Jama’ah yang tidak memiliki dasar atau landasan dari Al-Qur’an dan
As-Sunnah, atau riwayat dari generasi Salafush shalih.
Berbeda dengan
aqidah-aqidah lainnya yang bersifat bid’ah dan tidak memiliki landasan dari
Al-Qur’an, As-Sunnah, maupun riwayat dari generasi Salafush shalih.
Jelas, Mudah dan Terang
Aqidah Islam adalah aqidah yang mudah dan jelas,
sejelas matahari di tengah hari. Tidak ada kekaburan, kerumitan, kerancuan,
maupun kebengkokan di dalamnya. Karena, lafazh-lafazhnya begitu jelas dan
makna-maknanya demikian terang, sehingga bisa dipahami oleh orang berilmu
maupun orang awam, anak kecil maupun orang tua. Karena Rasulullah r membawakannya dalam kondisi
yang putih bersih, malam harinya seperti siang harinya. Tidak ada yang
menyimpang darinya selain orang yang binasa.
Salah satu contoh
kejelasannya adalah sebuah kitab yang sangat populer di dalam Hadis tentang
Jibril.[6][6]
Hadis ini memaparkan pokok-pokok ajaran Islam dengan sangat mudah, ringan,
jelas dan terang.
Dalil-dalil lain
seperti itu sangat banyak jumlahnya. Begitu pasti, nyata, dan jelas. Maknanya
merasuk ke dalam pemahaman dengan penglihatan awal dan pandangan pertama. Semua
orang bisa memahaminya. Karena dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah bagaikan
makanan yang dimanfaatkan oleh setiap manusia, bahkan seperti air yang
bermanfaat bagi anak-anak, bayi, orang yang kuat maupun orang yang lemah.
Dalil-dalil
Al-Qur’an dan As-Sunnah demikian nikmat dan jelas, sehingga bisa memuaskan dan
menenangkan jiwa, serta menanamkan keyakinan yang benar dan tegas di dalam
hati.
Tidakkah anda
memikirkan bahwa yang mampu memulai pasti lebih mampu untuk mengembalikan lagi.
Allah Ta’ala berfirman,
“Dan Dia-lah
yang memulai penciptaan kemudian mengembalikannya kembali, dan itu lebih mudah
bagi-Nya.” (QS.
Ar-Ruum: 27)
Manajemen di
sebuah tempat saja tidak mungkin bisa berjalan dengan tertib bilamana ditangani
oleh banyak manajer. Bagaimana pula dengan alam semesta? Allah Ta’ala
berfirman,
“Sekiranya di
langit dan di bumi itu ada tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu
telah rusak binasa.” (QS.
Al-Anbiya’: 22)
Yang hendak
menciptakan pastilah mengetahui dahulu kemudian menciptakan. Allah Ta’ala
berfirman,
“Apakah Allah
yang menciptakan itu tidak mengetahui; sedangkan Dia Maha Halus lagi Maha
Mengetahui?” (QS.
Al-Mulk: 14)
Dalil-dalil
semacam itu bagaikan air yang digunakan oleh Allah untuk menciptakan segala
sesuatu yang hidup.[7][7]
Bebas dari Kerancuan, Paradoks dan
Kekaburan
Di dalam aqidah
Islam sama sekali tidak ada tempat untuk hal-hal semacam itu. Bagaimana tidak?
Aqidah Islam adalah wahyu yang tidak bisa dimasuki oleh kebatilan dari arah
manapun datangnya.
Sebab, kebenaran
itu tidak mungkin rancu, paradoks, maupun kabur, melainkan serupa satu sama
lain dan saling menguatkan. Allah Ta’ala berfirman,
“Andaikata
Al-Qur'an itu berasal dari selain Allah, niscaya mereka mendapat banyak
pertentangan di dalamnya.” (QS.
An-Nisaa’: 82)
Sedangkan
kebatilan justru sebaliknya. Anda menemukan bahwa bagian yang satu membatalkan
bagian yang lain, dan para pendukungnya benar-benar paradoks. Bahkan anda bisa
menemukan salah seorang dari mereka mengalami paradoks dengan dirinya sendiri,
dan ucapan-ucapannya tampak serampangan.[8][8]
Jadi, aqidah Ahli
Sunnah bebas dari semua itu. Sedangkan aqidah-aqidah lainnya, jangan ditanya
kerancuan, paradoks, dan kekaburan yang ada di dalamnya. Kaum Rafidlah,
misalnya, mereka mengatakan bahwa para imam mereka mengetahui apa-apa yang
sudah terjadi dan yang akan terjadi. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi
dari mereka. Mereka tahu kapan mereka akan mati, dan mereka tidak akan mati
kecuali dengan persetujuan mereka.[9][9]
Salah satu pokok
agama mereka (kaum Syi’ah Rafidlah) adalah berlebih-lebihan terhadap para imam.
Mereka menyebut para imam itu memiliki sifat-sifat yang bahkan tidak dimiliki
oleh para Nabi. Tapi kita melihat pokok agama mereka yang lain ternyata
bertolak belakang dengan klaim tersebut. Karena, salah satu prinsip agama mereka
adalah “taqiyah” (menghindar).
Jika mereka
ditanya, “Mengapa imam-imam anda bersembunyi? Mengapa mereka tidak menyuarakan
kebenaran?” Maka mereka akan menjawab, “Taqiyah” (menghindar).” Jika mereka
ditanya, “Taqiyah (menghindar) dari siapa?” Mereka menjawab, “Dari
musuh-musuh.” Musuh yang mana? Bukankah anda mengklaim bahwa para imam itu tahu
kapan mereka akan mati, dan mereka tidak akan mati kecuali dengan persetujuan
mereka?!
Hal yang sama juga
tentang kaum sufi. Betapa banyak paradoks (pertentangan) di dalam keyakinan
mereka. Salah satu contohnya adalah bahwa sebagian dari mereka berkeyakinan
bahwa Nabi r adalah makhluk pertama. Bahkan, menurut mereka,
seluruh alam semesta ini diciptakan dari cahayanya (nuur Muhammad r).[10][10]
Kendati pun
demikian, mereka terlihat selalu mengadakan perayaan maulid (hari kelahiran) Nabi r. Jika mereka ditanya,
“Perayaan apa yang anda adakan?” Mereka menjawab, “Perayaan maulid Nabi r yang dilahirkan pada tahun
gajah.” Lihatlah paradoks ini. Anda tidak perlu heran terlalu jauh, karena
paradoks adalah perilaku dari setiap kebatilan dan pembuatnya.
Pun, tentang
madzhab-madzhab pemikiran sesat lainnya. Komunisme –misalnya- yang dibangun
berdasarkan atheisme dan pengingkaran terhadap semua agama. Mereka menyatakan
bahwa tuhan tidak ada dan seluruh kehidupan adalah materi. Ternyata ketika
penindasan Hitler terhadap Rusia semakin kuat pasca Perang Dunia Kedua, maka
Stalin si durjana memerintahkan untuk membuka tempat-tempat ibadah dan
menundukkan diri kepada Allah Ta’ala.
Aqidah Islam Terkadang Berisi
Sesuatu yang Membuat Pusing, tetapi tidak Berisi Sesuatu yang Mustahil
Di dalam aqidah
Islam terdapat hal-hal yang memusingkan akal dan sulit dipahami, seperti
perkara-perkara ghaib: siksa kubur, nikmat kubur, shirath (jembatan),
haudl (telaga), Surga, Neraka, dan bagaimana bentuk sifat-sifat Allah Ta’ala.
Akal mengalami
kebingunan dalam memahami hakikat dan bentuk perkara-perkara tersebut. Akan
tetapi, akal tidak menilainya mustahil (impossible), melainkan pasrah,
tunduk, dan patuh. Karena, perkara-perkara tersebut berasal dari wahyu yang
diturunkan, yang tidak berbicara dari hawa nafsu dan tidak dimasuki kebatilan
dari arah manapun datangnya.[11][11]
Sedangkan
aqidah-aqidah lainnya berisi kemustahilan-kemustahilan yang secara aksioma
dinyatakan mustahil oleh akal. Misalnya, aqidah-aqidah Yahudi yang sudah
diubah. Orang-orang Yahudi beranggapan
bahwa mereka adalah bangsa pilihan Allah. Menurut mereka, Allah telah memilih
mereka sebagai pilihan dan menjadikan bangsa-bangsa lainnya sebagai
keledai-keledai yang bisa ditunggangi oleh bangsa Yahudi.
Lihatlah omong
kosong di atas yang dinilai mustahil oleh akal. Sebab, bagaimana mungkin Tuhan
Yang Maha Bijaksana menjadi rasialis, berpihak kepada salah satu etnis, dan
menelantarkan etnis-etnis lainnya?!
Adapun umat
Nashrani, mereka mengatakan bahwa Allah adalah oknum ketiga dari tiga oknum
(trinitas). Menurut mereka, dengan nama bapa, anak dan ruhul qudus adalah tuhan
yang satu. Bagaimana mungkin tiga oknum menjadi satu? Ini adalah kemustahilan
yang tidak bisa digambarkan.
Termasuk keyakinan
mereka tentang “Perjamuan Tuhan”, sertifikat pengampunan dosa, dan lain-lain
yang dinilai mustahil oleh akal.[12][12]
Oleh sebab itu,
sebagian cerdik pandai mengatakan bahwa semua ucapan manusia bisa dimengerti
kecuali ucapan umat Nashrani. Hal itu karena orang yang membuatnya tidak bisa
memahami apa yang mereka katakan. Mereka berbicara berdasarkan kebodohan.
Mereka menggabungkan dua hal yang paradoks di dalam pembicaraan mereka. Karena
itu, ada sebagian orang yang mengatakan, “Seandainya ada 10 orang Nashrani
berkumpul, niscaya mereka akan terbagi menjadi 11 pendapat.” Dan ada pula yang
mengatakan, “Seandainya anda bertanya kepada seorang pria Nashrani, istrinya
dan anaknya tentang tauhid mereka, niscaya si pria akan mengatakan sesuatu, si
wanita mengatakan sesuatu yang lain dan si anak mengatakan pendapat yang lain
lagi.[13][13]
Jikalau kita
mengamati dengan seksama aqidah-aqidah yang diyakini oleh aliran-aliran sesat,
maka kita akan menemukan bahwa di dalamnya banyak terdapat kemustahilan. Kaum
Rafidlah, misalnya, berpendapat bahwa Al-Qur’anul Karim yang ada di tangan umat
Islam dan telah dijamin untuk dilindungi oleh Allah adalah Al-Qur’an yang tidak
lengkap dan telah diubah. Menurut mereka, Al-Qur’an yang lengkap bersama dengan
imam yang sedang ditunggu akan muncul di akhir zaman dari sebuah terowongan di
Samura. Pertama-tama, lihatlah khurafat terowongan itu; kemudian, simaklah
statemen mereka, bahwa Al-Qur’an yang lengkap bersama dengan imam yang sedang
ditunggu akan muncul di akhir zaman.[14][14]
Lalu, apa gunanya
Al-Qur’an yang tidak akan muncul kepada manusia kecuali di akhir zaman nanti?
Kemudian, sesuaikah dengan kebijaksaan, kasih sayang dan keadilan Allah
bilamana manusia hidup tanpa petunjuk dan wahyu hingga ketika akhir zaman tiba
maka Allah akan menurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi mereka?!
Sedangkan kaum
Nushairiyah memiliki reputasi tertinggi dalam kebohongan ini. Semua firqah mereka
menyembah Ali bin Abi Thalib t.
Kendati pun
demikian mereka sangat menghormati pembunuhnya, Abdurrahman bin Muljam. Karena
mereka beranggapan bahwa si pembunuh itu telah membebaskan lahut dari nasut.[15][15]
Mereka juga
berangapan bahwa tempat tinggal Ali bin Abi Thalib t adalah awan. Jika ada awan
yang melintasi mereka, maka mereka akan berkata, “Assalamu’alaika, ya Abal
Hasan (Salam sejahtera untukmu, wahai Abul Hasan).” Mereka juga mengatakan
bahwa petir adalah suaranya dan kilat adalah cemetinya.
Sebagian dari
mereka beranggapan bahwa Ali tinggal di bulan. Golongan ini disebut Firqah
Qomariyah. Mereka berpendapat bahwa Ali tinggal di bulan, pada bagian
kehitaman di bulan tersebut. Oleh karena itu, mereka mengkultuskan bulan dan
menyembah Ali yang berada di sana.
Subhanallah! Lalu, apa gerangan bagian kehitaman
yang ada di bulan itu sebelum Ali diciptakan?!
Sebagian lainnya
beranggapan bahwa Ali berada di matahari. Oleh karena itu, mereka menghadap ke
arah matahari sewaktu beribadah. Golongan mereka disebut dengan Firqah
Syamsiyah.[16][16]
Jika kita mengamati
aqidah kaum Baha’iyah, maka kita akan melihatnya penuh dengan keanehan, dan
setiap orang yang berakal tidak punya pilihan lain selain memvonisnya sebagai
aqidah yang sesat dan mustahil.
Ambillah contoh
tentang kiblat kaum Baha’iyah. Ketika mengerjakan shalat, mereka menghadap ke
arah pemimpin mereka, Al-Baha’ Al-Mazandarani. Hal itu ditegaskan sendiri oleh
sang pemimpin. Kiblat itu berubah-ubah seiring dengan perpindahan dan
pergerakan sang pemimpin. Ketika ia berada di Teheran, maka penjara Teheran adalah
kiblat mereka. Dan ketika ia berada di Baghdad,
maka kiblat mereka adalah Baghdad.
Pun ketika ia di Akka, maka kiblat mereka di Akka. Begitulah seterusnya…
Adakah seseorang
yang pernah melihat permainan seperti ini? Kemudian, bagaimana cara kaum Baha’iyah
mengetahui kiblat mereka sewaktu Al-Baha’ –sang pemimpin- berada di perjalanan
pada waktu alat komunikasi nirkabel dan televisi belum ada?[17][17]
Jadi,
alhamdulillah, aqidah Ahli Sunnah bebas dari itu semua.
Umum, Universal dan Berlaku
untuk Segala Zaman, Tempat, Umat dan Keadaan
Aqidah Islam bersifat umum, universal, dan berlaku
untuk segala zaman, tempat, umat, dan keadaan. Ia berlaku bagi generasi awal
maupun belakangan, bangsa Arab maupun non Arab. Bahkan, segala urusan tidak
bisa berjalan tanpa aqidah Islam.
Kokoh, Stabil dan Kekal
Aqidah Islam adalah aqidah yang kokoh, stabil, dan
kekal. Aqidah Islam sangat kokoh ketika menghadapi bertubi-tubi pukulan yang
dilancarkan oleh musuh-musuh Islam dari kalangan Yahudi, Nashrani, Majusi, dan
lain-lain.
Setiap kali mereka
menganggap bahwa tulangnya sudah rapuh, baranya sudah redup, dan apinya sudah
padam, ternyata ia kembali muda, terang, dan jernih.
Aqidah Islam akan
tetap kokoh sampai hari Kiamat dan senantiasa dilindungi oleh Allah. Ia
ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya dan dari satu angkatan ke
angkatan berikutnya tanpa mengalami perubahan, penggantian, penambahan, maupun
pengurangan.[18][18]
Bagaimana tidak,
sedangkan Allah lah yang langsung menangani pemeliharaan dan eksistensinya, dan
tidak menyerahkan hal itu kepada salah satu makhluk-Nya?
Allah Ta’ala
berfirman,
“Sesungguhnya
Kami lah yang menurunkan Al-Qur'an, dan sesungguh-nya Kami benar-benar
memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9)
Dia juga berfirman,
“Mereka
ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka, namun Allah tetap
menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itu membencinya.” (QS.
Ash-Shaff: 8)
Salah satu contoh
yang menunjukkan kekokohan dan keberlanjutan aqidah Islam adalah bahwa
pendapat-pendapat Ahli Sunnah tentang sifat-sifat Allah, takdir, syafaat, dan
lain-lain, semuanya masih terpelihara, sebagaimana diriwayatkan dari generasi
Salaf.
Ini sangat berbeda
dengan millah-millah yang lain, golongan-golongan yang sesat, dan
paham-paham yang destruktif. Kaum Yahudi dan Nashrani telah melakukan
penggantian, pengubahan, dan manipulasi terhadap kitab suci mereka. Sedangkan firqah-firqah
lainnya jarang sekali mampu bertahan dengan memegang teguh sebuah pokok.
Aqidah-aqidah
tersbut tidak mempunyai sifat kekal dan berkelanjutan. Betapapun besar dan
bagusnya aqidah-aqidah tersebut ternyata tidak mampu bertahan dalam waktu yang
lama setelah melewati banyak perubahan dan berbagai macam perkembangan. Tidak
lama setelah batangnya mengeras dan durinya menguat, tiba-tiba ia mulai hilang
dan lenyap. Karena, aqidah-aqidah atau paham-paham tersebut adalah produk
manusia yang memiliki keterbatasan dalam hal pengetahuan dan kebijaksanaan.
Tidak ada bukti
yang menunjukkan hal itu dengan lebih jelas ketimbang fakta komunisme yang
pernah menggemparkan dan menghebohkan dunia. Tidak lama setelah komunisme
mencapai puncak kejayaannya, tiba-tiba ikatannya terlepas dan susunannya
berguguran di tangan para penganutnya sendiri.
Mengangkat Derajat Para Penganutnya
Barangsiapa menganut aqidah Islam lalu
pengetahuannya tentang aqidah itu meningkat, pengamalannya terhadap konsekuensi
aqidah pun meningkat, dan aktifitasnya untuk mengajak manusia ke dalamnya juga
meningkat, maka Allah akan mengangkat derajatnya, menaikkan pamornya, dan menyebarluaskan
kemuliaannya di tengah khalayak, baik dalam skala individu maupun kelompok.
Hal itu karena
aqidah yang benar merupakan hal terbaik yang didapatkan oleh hati dan dipahami
oleh akal. Aqidah yang benar akan membuahkan pengetahuan yang bermanfaat dan
akhlak yang luhur. Orang yang memilikinya akan mencapai puncak keutamaannya,
sempurna kemuliaannya, dan tinggi derajatnya di tengah-tengah manusia.
Keutamaan sejati
yang tidak tertandingi oleh keutamaan manapun dan kemuliaan tertinggi yang
tidak bisa dicapai oleh kemuliaan manapun, sesungguhnya wujudnya adalah upaya
mencapai kesempurnaan dan komitmen untuk menghiasi diri dengan keutamaan dan
membersihkan diri dari kenistaan.
Kemuliaan seperti
itulah yang bisa mengangkat hati, menyucikan jiwa, menjernihkan pandangan mata,
dan mengantarkan pemiliknya kepada tujuan tertinggi dan tempat terhormat. Dan
kemuliaan itulah yang bisa mengangkat umat ke puncak kejayaan dan kemuliaan.
Sehingga, kehidupan yang baik bisa diraih di dunia dan kebahagiaan yang kekal
bisa dirasakan di Akhirat. Dasar dan pondasi kemuliaan itu adalah aqidah yang
benar yang dibangun di atas pondasi iman kepada Allah, para Malaikat-Nya,
kitab-kitab suci-Nya, para Rasul-Nya, hari Akhir, takdir baik dan buruk,
berikut pekerjaan-pekerjaan hati yang berporos pada kembali kepada Allah dan
tertariknya seluruh dorongan hati kepada-Nya, disertai pelaksanaan terhadap
syariat-syariat yang lahir, serta pemenuhan hak-hak seluruh makhluk.[19][19]
Allah Ta’ala
berfirman,
“Allah akan
mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS.
Al-Mujadalah: 11)
Dialihbahasakan
dari Aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah : Mafhumuha Khashaishuha wa Khashaishu Ahliha karya Syaikh
Muhammad Ibrahim al-Hamd dan ditaqdim oleh al-Allamah Ibnu Bazz rahimahullahu
[20][1] Lihat Dakwah
At-Tauhid karya Al-Harras, hal. 252-257; Rasa’il fi Al-Aqidah karya
Syaikh Muhammad bin Utsaimin, hal. 43-44; Mabahits fi Aqidah Ahli Sunnah, hal.
29-34; dan Wujub Luzum Al-Jama’ah wa Tarki At-Tafarruq, DR. Jamal bin
Ahmad bin Basyir Badi, hal. 286-287
[21][2] Lihat Ar-Rad
Al-Kafi ‘Ala
Mughalathati Ad-Duktur Ali Abdul Wahid Wafi karya Ihsan Ilahi Zhahir, hal.
211-216; Ushul Madzhab Asy-Syi’ah Al-Imamiyah Al-Itsnay ‘Asyariyah karya
DR. Nashir Al-Qifari, 2/586, 588-609; dan Mas’alah At-Taqrib Baina Ahli
Sunnah wa Asy-Syi’ah karya DR. Nashir Al-Qifari, 1/247
[22][3] Tentang komunisme
lihat Madzahib Fikriyah Mu’ashirah, Muhammad Quthub, hal. 409; Al-Kaid
Al-Ahmar, Abdurrahman Habankah Al-Maidani; Asy-Syuyu’iyah fi Mawazin
Al-Islam, Labib As-Sa’id; dan Naqd Ushul Asy-Syuyu’iyah, Syaikh
Shalih bin Sa’ad Al-Luhaidan. Tentang sekularisme lihat Al-Ilmaniyah DR.
Safar bin Abdurrahman Al-Hawali, hal. 21-24, 132-134; dan Al-Ilmaniyah wa
Tsimariha Al-Khabitsah, Syaikh Muhammad Syakir Asy-Syarif
[24][5] Lihat Al-Adillah
wa Al-Qawathi’ wa Al-Barahin fi Ibthali Ushul Al-Mulhidin, Syaikh Ibnu
Sa’di, hal. 309
[28][9] Al-Mujaz fi
Al-Madzhib wa Al-Adyan Al-Mu’ashirah, DR. Nashir Al-Aql, Dr. Nashir
Al-Qifari, hal. 124; Aqidah Al-Imamiyah Inda Asy-Syi’ah Al-Itsnay Asyariyah,
DR. Ali As-Salus, hal. 80-85; Aqidah Al-Imamah Inda Al-Ja’fariyah fi
Dlau’I As-Sunnah, As-Salus, Badzlu Al-Majhud fi Musyabahati Ar-Rafidlah
li Al-Yahud, Abdullah Al-Jumaili, 2/456-467. Dan lihat Al-Khuthuth
Al-Aridlah, Muhibbuddin Al-Khathib, tahqiq: Muhammad Malullah, hal.
69, Asy-Syi’ah wa As-Sunnah, Ihsan Ilahi Dzahir, hal. 66, Asy-Syi’ah
Al-Imamiyah Al-Itsnay Asyariyah fi Mizan Al-Islam, Rabi’ bin Muhammad
As-Su’udi, hal. 190-193, dan Al-Khumaini wa Tafdlilu Al-A’immah ‘Ala Al-Anbiya’, Muhammad
Malullah
[29][10] Lihat Hadzihi
Hiya Ash-Shufiyah, Syaikh Abdurrahman Al-Wakil, hal. 74-75; dan Al-Fikr
Ash-Shufi fi Dlau’I Al-Kitab wa As-Sunnah, Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq,
hal. 38
[30][11] Lihat Dar’u
Ta’arudli Al-Aqli wa An-Naqli, 3/147, Al-Firaq Baina Auliya’ Ar-Rahman
wa Auliya’ Asy-Syaithon, hal. 89; dan Ad-Durroh Al-Mukhtahsarah fi
Mahasin Ad-Diin Al-Islami, Ibnu Sa’di, hal. 40
[31][12] Perjamuan Tuhan
termasuk salah satu keyakinan umat Nashrani yang sesat. Hakikatnya, mereka
beranggapan bahwa Yesus pernah mengumpulkan murid-muridnya pada malam hari
sebelum penyalibannya. Konon, ketika itu Yesus membagikan khamr (minuman keras)
dan roti kepada mereka. Yesus memotong-motong roti itu dan membagikannya kepada
mereka untuk dimakan. Karena –menurut mereka- khamr mengisyaratkan darah Yesus
dan roti mengisyaratkan jasadnya. Sehingga, barangsiapa memakan roti dan
meminum khamr di gereja pada hari Paskah, maka makanan dan minuman itu akan
berubah wujud di dalam dirinya. Jadi, seolah-olah ia memasukkan daging dan
darah Yesus ke dalam perutnya, dan dengan demikian ia telah larut di dalam
ajaran-ajarannya.
Keyakinan
ini merupakan suatu perkara yang pasti ditolak oleh akal. Karena, mana mungkin
bisa digambarkan bahwa roti dan khamr berubah wujud menjadi daging dan darah,
sementara orang-orang yang makan itu merasakan cita rasa roti dan khamr pada
umumnya?!
Dikatakan
bahwa jasad Yesus itu satu, sedangkan Perjamuan Tuhan berjumlah ribuan setiap
tahunnya dan tersebar di mana-mana. Lantas, mana mungkin jasad dan darahnya
bisa dibagikan kepada semua orang?!
Sedangkan
sertifikat pengampunan dosa merupakan salah satu lelucon gereja dan ketololan
yang tidak akan sudi dilakukan oleh orang yang sedikit berakal sehat.
Hal itu
semacam pembagian Surga dan memperjualbelikannya secara terbuka dengan menulis
sertifikat untuk para pembeli, yang berisi perjanjian bahwa pihak gereja
menjamin pihak pembeli akan mendapatkan ampunan atas dosa-dosanya yang telah
lalu maupun yang akan datang, dan dibebaskan dari segala bentuk kejahatan dan
kesalahan yang lalu maupun yang akan datang.
Kemudian,
apabila pihak pembeli sudah menerima sertifikat pengampunan dosa dan
memasukkannya ke dalam tasnya, maka sejak saat itu yang bersangkutan telah
bebas melakukan apa saja yang dilarang, dan dihalalkan baginya apa saja yang
semula diharamkan.
Lihat Al-Ilmaniyah,
hal. 99, 110-111, dan Muhadlarat fi An-Nashraniyah, Syaikh Muhammad
Abu Zahrah, hal. 114-115
[32][13] Al-Jawab
Ash-Shahih li Man Baddala Diin Al-Masih, Ibnu Taimiyah, 2/155. Dan lihat Al-Hayara
fi Ajwibati Al-Yahud wa An-Nashara, Ibnul Qayyim, hal. 321
[33][14] Lihat Ar-Radd ‘Ala Ar-Rafidlah, Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab, hal. 31-32; dan At-Tasyayyu’ wa Asy-Syi’ah, Ahmad
Al-Kasrawi, hal. 87
[34][15] Lihat Al-Harakat
Al-Bathiniyah fi Al-Alam Al-Islami, DR. Muhammad bin Ahmad Al-Khathib, hal.
365
[36][17] Lihat Al-Baha’iyah
Naqd wa Tahlil, Ihsan Ilahi Zhahir, hal. 150; Aqidah Khatmi An-Nubuwwah,
DR. Ahmad bin Sa’ad bin Hamdan, hal. 223; Al-Baha’iyah, Abdullah
Al-Hamawi, hal. 31-38; Haqiqat Al-Babiyah wa Al-Baha’iyah, DR. Muhsin
Abdul Hamid; dan Al-Baha’iyah, Muhibbuddin Al-Khathib, hal. 14-15
[38][19] Lihat Tanzih
Ad-Diin wa Hamalatihi wa Rijalihi, Ibnu Sa’di, hal. 444; Al-Adillah wa
Al-Barahin, hal. 303; dan Al-Adhomah, Muhammad Al-Khadlir Husain,
hal. 24
Langganan:
Postingan (Atom)