Seorang
istri berjuang membantu suaminya adalah seorang guru yang lumpuh dengan
cara menggendong menuju tempat mengajar selama lebih dari 17 tahun. Du
Chanyun adalah seorang guru di kampung Dakou kota Liushan, tepatnya di
pedalaman pegunungan Tuniu. Chanyun adalah tumpuan harapan dari 500 ...KK yang tersebar di kampung Dakou.
Setelah
lulus SMA, ketika itu usianya 19 tahun, Chanyun memutuskan menjadi
seorang guru SD di kampung Dakou. Pria asal kampung Nancao, Provinsi
Henan ini adalah seorang guru yang gigih. Selama sepuluh tahun, setiap
bulan dia hanya memperoleh gaji guru sebesar 6.5 Yuan Renmibi (sekitar
Rp. 7.000).
Suatu hari, bencana datang menimpanya. Saat itu
adalah musim panas. Hujan badai membasahi ruangan kelas sekolahnya.
Biasanya, di liburan musim panas, orang-orang di kampung itu
mengumpulkan uang untuk memperbaiki sekolah, Du Chanyun begitu
bersemangat bekerja, kehujanan pun tetap kerja memindahkan batu, seluruh
badan basah kuyup.
Akhirnya pada suatu hari, dia jatuh sakit,
sakit berat karena kehujanan dan capek. Sayangnya, setelah sembuh ia
mendapatkan tubuhnya dia sudah tidak mampu dibuat berdiri lagi. Tubuh
sisi kirinya tidak dapat digerakkan. Meski begitu, ia khawatir, mengajar
akan menjadi sebuah mimpi yang jauh baginya.
Istrinya, Li
Zhengjie merasakan isi hati sang suami. Untuk menentramkannya, Li
mengatakan, “Kamu jangan kuatir, kamu tidak bisa jalan, sampai panggung
pun saya akan menggendongmu,” demikian ujar wanita dari kampung yang
buta huruf ini.
Menopang Suami
Tak urung, Li memikul
tanggung jawab keluarga. Setiap hari, ia harus menggendong suaminya
menjadi seorang guru dari rumah sampai sekolah yang jaraknya 6 mil.
Setiap hari mulai pagi-pagi, Li Zhengjie bangun menanak nasi,
membangunkan 4 anggota keluarganya dan menyiapkan mereka makanan.
Setelah makan, ia harus menggendong suaminya berangkat mengajar.
Di
sepanjang jalan, Li meraba, merangkak jatuh bangun sampai tiba di
sekolah. Di sekolah, Li menempatkan suaminya di kursi lalu menitip pesan
ke beberapa murid yang agak besar lantas bergesa-gesa pulang. Maklum,
di rumah masih ada sawah yang menunggunya untuk dikerjakan. Sejak
memikul tanggung jawab mengendong suaminya, ada dua hal yang paling dia
takuti adalah musim panas dan musim dingin.
Rumah Du Chanyun
berada pada Barat Selatan sekolah, walaupun jarak dari rumahnya ke
sekolah hanya 3 mil, namun tidak ada jalan lain, selain dari jalan
tikus, dengan batu-batuan yang berserakan, ranting-ranting pohon, sungai
kecil.
Hampir Terpeleset ke Sungai
Pada suatu hari di
musim panas, saat itu, baru saja turun hujan lebat, Li Zhengjie seperti
hari biasa menggendong suaminya berangkat. Air sungai saat itu melimpah
menutup batu injakkan kakinya. Li Zhengjie sudah hati-hati meraba-raba
batu pijakan, namun tidak disangka ia tergelincir. Arus sungai yang
deras menghanyutkan mereka sampai 10 meter lebih.
Untung tertahan
oleh ranting pohon yang melintang di hulu sungai. Setelah lebih kurang
setengah jam, ayahnya yang merasa khawatir akhirnya datang mencari,
mereka ditarik, anak dan menantunya baru berhasil diselamatkan. Li lolos
dari ancaman maut.
Dalam beberapa tahun ini, Li Zhengjie terus
menggendong suaminya. Entah sudah berapa kali ia jatuh bangun. Pernah
suaminya jatuh di posisi bawah. Kadang-kadang Li Zhengjie jatuh di
posisi bawah. Suatu hari Li Zhengjie punya akal, setiap jatuh dia
berusaha duluan menjatuhkan tubuhnya yang kekar menahan batu yang
mengganjal. Li Zhengjie telah berjuang membantu suaminya siang dan
malam. Ia bekerja keras dan capek. Sang suami, melihat dengan jelas
perjuangan istrinya itu. Hati Du Chanyun merasa iba.
Sang Suami Menggugat Cerai
Du
Chanyun memulai rencana buruk agar sang istri meninggalkannya.Ia tak
ingin sang istri menderita. Untuk mencapai tujuan ini, dia mengubah
karakternya, sengaja ia mencari gara-gara untuk bertengkar. Du Chanyun,
mulai memakinya. Tentu saja Li Zhengjie merasa tertekan. Setelah 2 kali
ribut besar, mereka sungguh-sungguh akan bercerai.
Di hari
perceraian yang ditunggu, Li Zhengjie menggendong suaminya naik sepeda.
Ia sangat berhati-hati mendorong suaminya ke kelurahan setempat. Semua
orang sangat mengenal sepasang suami-istri yang dikenal akrab ini.
Begitu melihat tampang keduanya, semua orang makin gembira.
“Saya
tidak pernah melihat wanita menggendong suaminya ke lurah minta cerai,
kalian pulang saja,” ujar pihak kelurahan. Setelah keributan minta
perceraian tenang kembali, Li Zhengjie hanya mengucapkan sepatah kata
pada suaminya.
“Walaupun nanti kamu tidak bisa bangun lagi, saya juga akan menggendong kamu sampai tua.”
Tidak Pernah Sekalipun Bolos Mengajar
Kondisi
di sekolah tempat Du Chanyun mengajar sangat parah. Meski demikian,
kedua pasang suami istri bisa memberikan pendidikan yang baik buat
anak-anak. Di sekolah itu, pendidikan sangat kurang baik. Tidak ada alat
musik dan tidak ada poliklinik. Namun Du Guangyun menggunakan daun
membuat irama musik buat anak-anak. Li Zhengjie naik ke gunung mencari
obat ramuan, pada musim panas dia memasak obat pendingin buat anak-anak,
pada musim dingin masak obat anti flu buat anak-anak.
Di bawah
bantuan istri, dalam 17 tahun, hari demi hari, tidak terhalangi oleh
angin hujan, tidak pernah bolos satu kali pun. Suatu hal yang
menggembirakan, data yang terkumpul dari kepala sekolah tentang hasil
ujian negeri, tingkat siswa yang lulus dari sekolah SD tersebut mencapai
100 %. Tahun lalu ketika ujian masuk perguruan tinggi, ada 4 orang
siswa yang dulu pernah diajari dia masuk ke perguruan tinggi, tahun ini
ada 4 lagi yang lulus masuk masuk spesialis.
Kini, setiap hari
raya Imlek, murid-muridnya sengaja pulang ke kampung menjenguk bapak dan
ibu gurunya, masalah tersebut menjadi peristiwa yang sangat
menggembirakan bagi sepasang suami istri guru ini.
________________________________________
Inilah cinta, semuanya menjadi nyata.
Bahagia akan cinta sederhana,
Slalu belajar bersyukur walau tak pernah cukup,
Slalu belajar bersyukur untuk menyentuhnya.
Perempuan cantik,
ia hanya ingin dilihat oleh satu pria,
pada suaminya.
Cinta yang paling Maha adalah Tuhan.
Tuhan, tlah menganugerahkan cinta kepada manusia
Untuk saling mencintai dan dicintai.
Adalah karena cinta,
tak akan ada yang mencabut diriku padanya.
Apa yang kucintai laksana seorang manusia,
tak henti-hentinya aku mencintainya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar